REVITALISASI TAMAN SISWA MENDUKUNG GENERASI EMAS INDONESIA oleh Prof. Dr. Cahyono Agus

Mantan Mendikbud Anies Baswedan dalam sambutannya pada Gebyar Pendidikan menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2016 di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta menyatakan bahwa Taman Siswa akan menjadi “sejarah” karena semakin terbenam oleh kemajuan jaman atau bangkit kembali menjadi agen kebangkitan pendidikan bangsa, sangat ditentukan oleh Taman Siswa sendiri.

Mantan Mendikbud Daoed Joesoef (2010) menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas kependidikan di lingkungan perguruannya sendiri, Taman Siswa selaku lembaga pendidikan bahkan sudah tidak lagi bervisi futuristik. Dan kekurangan fundamental ini tidak mengimbangi kekurangan fatal dari praksis pendidikan nasional dan pemerintah yang juga tidak bervisi futuristik. Padahal, pendidikan secara esensial, melalui pembinaan kecerdasan dan keterampilan anak-anak bangsa, bertugas menyiapkan masa depan bangsa. Adapun konsep pendidikan kebangsaan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar jelas bervisi futuristik. Kita sudah tentu tidak perlu mengopi visi tersebut karena masa depan yang dihadapi dan hendak ditanganinya berbeda dengan masa depan nasional yang kita hadapi dan sekarang harus kita tangani.

Daoed Joesoef (2010) juga mengatakan bahwa sistem pendidikan Taman Siswa sekarang memang masih memegang teguh asas persamaan (equality) dan kesetaraan yang adil (equity). Namun, merasa malu melihat orang-orang yang merasa terpanggil meneruskan kerja Ki Hadjar yang belum selesai, yang membanggakan semangat ketamansiswaannya, sebenarnya memuaskan diri belaka dengan ‘teren op de oude roem’, membiarkan Taman Siswa merosot dari lembaga pendidikan yang mencerahkan menjadi sekadar sejenis lapangan kerja biasa. Beliau malu menyaksikan keluarga besar Taman Siswa tidak mampu menjaga harkat Taman Siswa dan martabat Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendirinya.

Taman Siswa yang akan mengadakan Kongres bulan Desember 2016 mendatang, harus mampu memformulasikan kebangkitan Taman Siswa baru pada saat ulang tahun emas 100 tahun Taman Siswa pada tahun 2022 mendatang. Selanjutnya, Renainsans Taman Siswa emas harus mampu memberi kontribusi nyata dalam pendidikan bagi generasi emas pada saat perayaan ulang tahun emas 100 tahun Kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi Taman Siswa sudah bersifat mutlak sehingga ajaran KHD yang dipercaya terapi terbaik untuk pendidikan karakter bangsa Indonesia bisa diwujudkan. Ajaran KHD harus dibuktikan secara internal di lingkungan Taman Siswa sendiri dulu, agar mampu menjadi kebanggaan, contoh, acuan dan agen of change untuk peningkatan kualitas pendidikan unggulan bagi semua pihak. Sistem among, momong dan ngemong bukan hanya diomongkan saja namun harus diamalkan dan mampu memperbaiki kondisi internal dan bangsa ini.

Renainsans Taman Siswa dimulai dengan melakukan revitalisasi mandat, visi, misi dan tujuannya agar mampu lebih efektif berperan aktif dalam pembangunan system pendidikan nasional yang berbasis, kebudayaan, kemanusiaan. Penentuan issue strategis utama dengan benar dan jitu sangat menentukan keberadaan, keadaan dan kinerja Taman Siswa, yang kalau tidak ditangani dengan baik atau diabaikan, keadaan dan kinerja organisasi kerja akan sangat menurun, bahkan keberadaannya terancam. Tahap selanjutnya harus melakukan evaluasi diri secara obyektif, rasional, mendalam, terstruktur  terpadu dan menyeluruh, melibatkan seluruh pihak. Intepresi atas analisis evaluasi diri harus meliputi faktor lingkungan internal Taman Siswa yang meliputi kultur organisasi Taman Siswa, pelaksanaan ajaran KHD, sumber daya (manusia, finansial, fisik, informasi, lembaga, unit kerja, pengurus cabang & pusat, kerjasama dsb), proses dan pelayanan, serta output dan outcome. Faktor lingkungan eksternal  (lokal, nasional, regional, internasional global) juga harus dilakukan analisis mendalam, meliputi trend-kecenderungan  (idiologi, politik, budaya, ilmu pengetahuan, sistem pendidikan dsb), pemangku kepentingan (pemerintah, murid & mahasiswa, konsumen dsb) maupun pasar (industri, masyarakat, pemerintah, pebisnis dsb). Identifikasi problem besar yang merupakan penyakit stroke akut & kronis kehidupan Taman Siswa harus dapat dideteksi dan diformulasi dengan gamblang, jelas dan terukur sampai pada formulasi akar masalah penyebab utamanya. Gap antara situasi Taman Siswa terkini dan cita-cita besar berdasar mandat, visi, misinya harus dijadikan dasar pengembangan program dengan design dan mekanisme yang terstruktur dan terpadu. Dengan demikian dapat dicarikan solusi alternatif untuk mengobati penyakit keterpurukan Taman Siswa selama ini.

Perencanaan matang dan yang jelas mengenai apa yang akan dicapai atau masalah yang akan diselesaikan (dengan kriteria keberhasilan yang pasti) melalui pelaksanaan kegiatan. Kalo diperlukan tindakan frontal untuk menghilangkan penyakit “stroke dan diare” pendidikan di Taman Siswa harus melalui operasi frontal, mendasar dan besaran. Dibutuhkan “tim dokter ahli manajemen pendidikan” yang untuk melakukan operasi penyembuhan dan penyehatan Taman Siswa di jaman modern yang mempunyai karakter berbeda saat Taman Siswa baru dilahirkan. Ketika pada awal berdirinya mampu memberi warna dan karakter bangsa, maka pada saat ulang tahun emasnya, maka harus melakukan pembaharuan emas, agar mampu berkontribusi pada jaman modern yang penuh dengan inovasi ilmu pengetahuan teknologi dan sains ini. Generasi tua kadang akan selalu bernostalgia pada kebanggaan dan kebesaran sejarah masa lampau dan ketinggalan jaman. Generasi baru yang memang telah menguasai perkembangan jaman ini sudah waktunya harus dilibatkan, bahkan turut mengatur. Generasi X (lahir tahun 1965-1980, generasi perintis IT dan mapan ) dan generasi Y (lahir tahun 1981-1994, dikenal dengan sebutan generasi millenial atau millennium) nampaknya sedang berkiprah besar dalam jaman modern ini pada berbagi sektor. Nantinya generasi  Z (lahir tahun 1995-2010 disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet) akan dipersiapkan untuk mengisi generasi Indonesia Emas kita (4muda, 2016). Sedangkan generasi tua yang punya banyak pengalaman dan memahami roh Taman Siswa secara mendalam harus tetap mendampingi dan diaturi, bukan untuk diabaikan, namun juga sudah tidak perlu lagi sebagai pelaksana langsung. Sinergisme internal dan eksternal seluruh multipihak menjadikan Taman Siswa lebih mudah untuk melakukan pembaharuan yang bermakna bagi semua pihak.

Faktor pendukung keberhasilan program renainsans/reviltaliasi/pembaharuan Taman Siswa jelas membutuhkan kontribusi aktif dan nyata dari seluruh pemangku kepentingan holder. Untuk itu diperlukan keunggulan pelaksana, program, pengelolaan, keuangan dan indikator kinerja. Dengan demikian, perlu didorong agar seluruh pemangku kepentingan mempunyai rekam jejak, kemampuan, kemauan, kesempatan, kewenangan, kredibiltas, kepercayaan untuk mendukung keberhasilan dan kesejahteraan bersama.

Pemberdayaan 6M (man, money, material, method, machine, management), yang SERBA TEPAT (tepat orang,  tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, tepat sasaran, tepat bentuk), melalui kerja optimal (kerja keras, kerja cerdas, kerja sama, kerja iklas, kerja benar, kerja tuntas) harus diupayakan dengan sungguh-sungguh (Agus, 2014). Program dikembangkan dengan cara 4K (komunikatif, koordinatif, konsolidatif dan konstruktif) yang KNPI (kreatif, normatif, produktif dan inovatif) perlu terus diupayakan, MULAI MO-LIMO (mulai dari sekarang, mulai diri sendiri, mulai dari yang sederhana, mulai dari tempat kita dan mulai dengan yang ada). Selanjutnya KISS ME (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Sinergisme, S Monitoring dan Evaluasi ahrus dilakukan intensif agar revitalisasi pendidikan ini benar-benar mempunyai makna terhadap perbaikan karakter bangsa untuk lingkungan dan kehidupan yang lebih bermartabat dan berkelanjutan di bumi ini.

Keberhasilan penerapan  sistem ajaran KHD di Taman Siswa sendiri selanjutnya agar mampu diperluas dalam program nasional yang lebih besar, memerlukan kesiapan dan penyempurnaan berjenjang secara vertikal dan horizontal, dengan mempertimbangkan local wisdom.  Perlu kesiapan  konsep besar, perbaikan pola pikir dan orientasi program, bukan berorientasi proyek, penyamaan persepsi,  pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, sesuai kebutuhan, asas bermanfaat, dari hulu hingga hilir, dengan indikator kinerja, monev internal dan eksternal, tindak lanjut dan keberlanjutan program. Indikator kunci utama keberhasilan bukanlah penyelesaian pertanggungjawaban administrasi keuangan, SPJ dan kesesuaian pelaksanaan dengan SOP belaka.

Faktor penyebab kegagalan program dan scalling up utama adalah adanya kerangka pikir dan pola kerja yang kurang mendukung program berbasis kinerja, sehingga harus segera direvulosi total. Beberapa fator utama adalah: berorientasi proyek, mementingkan kepentingan dan keuntungan sesaat, individu, kelompok, feodalsime, zona kenyamanan pada kondisi ketidak pastian, kurang mengikuti kemajuan jaman, kurangnya pengawasan dan indikator kinerja dsb.

 

Informasi Penulis:

Prof. Dr. Cahyono Agus

–  Guru Besar UGM Yogyakarta dan anggota PKBTS (Persatuan Keluarga Besar Taman Siswa)

–  HP: 081 5688 8041

–  Email: acahyono@ugm.ac.id