Analisis; PANGAN MASA DEPAN Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

Pangan masa depan yang dikenal dengan nama pangan 2,0; sudah mulai dirintis perusahaan terkenal seperti Imposible Foods, Hampton Creek dan Soylent. Produksi besar-besaran sedang dikerjakan di pabrik di Lembah Silikon di California, Amerika Serikat, yang sebelumnya hanya terkenal sebagai pusat industri teknologi digital. Bukan hanya produksi makanan seperti untuk para astronot saja, namun juga burger yang dibuat dari berbagai sayuran dan daging bioteknologi. Namun proses pembuatan makanan 2,0 ini masih dirahasiakan, karena terkait hak cipta, paten dan bisnis. Nano-bioteknologi modern diharapkan menjadi lompatan besar untuk memproduksi pangan secara efisien dan efektif di masa mendatang. Salah satu praktek pembuatan daging tanpa hewan dalam pangan modern ini adalah sebuah mekanisme ilmiah untuk menekan ketidak- efisienannya energi, serta mahalnya produksi dan harga daging konvensial.
Ledakan penduduk masa kini dan masa depan membutuhkan loncatan besar untuk menyediakan kecukupan pangan yang mutlak dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan makluk hidup di bumi. Badan Kependudukan PBB memperkirakan penduduk dunia akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025. Padahal tahun 1999 baru mencapai 6 miliar jiwa dan tahun 2012 baru mencapai 7 miliar jiwa, sehingga akan semakin didera keterbatasan pangan. Laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi di negara-negara berkembang. Jumlah penduduk Indonesia tahun 1971 adalah 119,2 juta, sedang tahun 2010 sudah dua kali lipatnya menjadi 237,6 juta jiwa. Perkiraan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 adalah 305,6 juta jiwa.
Impor nonmigas selama Januari – November 2014 mencapai 123,67 miliar USD atau turun 4,96 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (130,13 miliar USD). Impor serealia 3.246,8 juta USD, dan sisa industri makanan sebesar 3.088,8 juta USD. Impor beras periode tersebut senilai 275,6 juta USD, meningkat dibanding import 2013 yang sebesar 246 juta USD, namun menurun bila dibanding tahun 2012 yang sebesar 945,6 juta USD.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 mentargetkan pembangunan sektor unggulan di bidang kedaulatan pangan. Target padi tahun 2014 sebesar 70,6 juta ton menjadi 82 juta ton pada tahun 2019; Jagung meningkat dari 19,13 menjadi 24,1 juta ton; kedelai dari 0,92 menjadi 2,6 juta ton; gula dari 2,6 menjadi 3,8 juta ton; dan daging sapi dari 452,7 menjadi 755,1 ribu ton. Produksi perikanan mentargetkan dari 24,9 menjadi 40-50 juta ton.
Indonesia lebih mengandalkan kelebihan dan keunggulan “jamrud katulistiwa” sebagai pabrik raksasa bumi yang terkenal mempunyai produktivitas alami tertinggi di dunia, sekitar 10 kali lipat dibanding produktivitas biologi di daerah temperate, termasuk Amerika Serikat. Upaya strategis menuju kedaulatan pangan Indonesia berdasarkan Nawacita sudah cukup baik, namun masih bersifat konvensional. Yaitu, dengan penciptaan daya tarik pertanian bagi tenaga kerja muda, rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi rusak dan 25 bendungan, pengurangan laju konversi, pemanfaatan lahan ex pertambangan, distribusi 9 juta ha lahan ke petani, pemulihan kualitas kesuburan lahan yang airnya tercemar, perluasan sawah baru 1 juta ha maupun lahan pertanian kering 1 juta ha di luar Jawa-Bali. Didukung juga pengembangan pembentukan Badan Otorita Pangan, Technopark dan science park, Sistem Inovasi Nasional, 1.000 desa berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik, maupun bank khusus untuk pertanian-UKM-Koperasi.
Sentuhan bio-nanoteknologi dalam pemberdayaan sumber daya lahan (tanah, air, mineral, iklim mikro dsb), hayati (hewan, tumbuhan, manusia dan makluk hidup lain) dan lingkungan yang terbengkelai untuk mendukung swa sembada pangan masa depan tentu saja akan menjadi “Revolusi Biru” yang akan lebih mengguncang dunia. Pengembangan Pusat Inovasi di bidang Agro-Techno-Park di perguruan tinggi dan litbang pertanian unggulan perlu dikembangkan agar mampu menjadi rujukan nasional dalam pencapaian program kedaulatan pangan nasional secara terstruktur dan jitu.

InformasiPenulis:
Prof. Dr. Cahyono Agus
– Profesor dan Kepala KP4 (Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian) UGM Yogyakarta
– HP: 081 5688 8041
– Email: acahyono@ugm.ac.id
web- http://acahyono.staff.ugm.ac.id