MEMBANGUN Lingkungan DAN KEHIDUPAN YANG BERMARTABAT DAN BERKELANJUTAN PADA LAHAN KONFLIK TAMBANG KAPUR INDUSTRI SEMEN
Oleh:
Prof. Dr. Cahyono Agus
Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta
www.acahyono.staff.ugm.ac.id
Lingkungan dan Kehidupan di Bumi
Bumi adalah satu-satunya planet dalam gugusan planet tata-surya, yang dapat dihuni oleh makluk hidup. Bumi telah dengan suka rela menyediakan layanan jasa lingkungan dan kehidupan secara gratis kepada seluruh makluk hidup. Namun demikian, manusia yang ditunjuk sebagai khalifah di bumi ini seharusnya menjadikan jagad rahayu bagi seluruh makluk hidup, ternyata justru telah mengekploitasinya secara berlebihan. Perilaku serakah manusia di bumi justru telah mengakibatkan kerusakan parah terhadap lingkungan dan kehidupan makluk bumi ini.
Al Gore, mantan Wapres USA, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, menyampaikan “Inconvenient Truth”, adanya kerusakan parah bumi sebagai sebuah kenyataan pahit yang menyakitkan. The International Panel on Climate Change (IPCC) 2014 melaporkan bahwa pemanasan global yang melanda bumi kita, dipercaya 95% merupakan ulah manusia sendiri. Setidaknya ada 13 bukti nyata tentang kegentingan kerusakan bumi saat ini, sebagaimana yang disebut Global Development Development Professionals Network dalam laman The Guardian dan Mongabay.
Perlu disadari, bahwa bumi kita tak hanya mempunyai daya dukung yang terbatas, tetapi juga terus menyusut, sedangkan permintaan terus membesar. Saat ini bumi telah kewalahan melayani 7,2 miliar jiwa manusia. Penduduk bumi akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025, sehingga semakin sulit terlayani, bahkan justru semakin menjadi tekanan terhadap bumi. Sangat disayangkan, kita masih terus menggantungkan ego cara bertahan hidup dengan terus mengeruk bumi secara rakus dan tanpa henti, dengan kecepatan eksponensial. Bumi Menjadi semakin rusak karena dieksploitasi diluar kapasitasnya, sedangkan tingkat kesadaran manusia terhadap keberlangsungan kehidupan bersama tidak juga tumbuh.
Sumber Daya Alam sebagai Warisan
Bumi kita terbentuk dalam jangka waktu juta-an hingga milyard-an tahun lamanya. Sementara itu, kerusakan alam oleh ulah manusia dapat terjadi dalam tempo yang sangat singkat. Perbaikan terhadap kerusakan sumber daya alam (SDA) relatif tidak dapat atau sangat sukar dan sangat mahal untuk diperbaiki. Kerusakan lahan juga dapat membahayakan sektor ekonomi lain yang sangat merugikan kehidupan manusia, karena terkena banjir, longsor, kekeringan, lahan kritis dsb.
Kompetisi penggunaan lahan telah mengakibatkan lingkungan hidup di kulit bumi kita semakin parah. Namun, upaya penyelamatan dan perbaikan kondisi lingkungan ternyata tidak juga mendapat porsi dan prioritas utama di tempat kita. Pemanfaatan lahan untuk pembangunan harus dikembangkan seluruh sektor dengan menghilangkan ego-sektoral, sehingga harus dikembangkan secara sinergis dan harmonis dalam satu kesatuan lahan.
Meskipun banyak bencana alam terjadi akhir-akhir ini, namun belum memberikan kesadaran kolektif, holistik, integratif dan komprehensif, bahwa kita bisa mencegah bencana alam buatan manusia atau yang dipicu oleh manusia. Upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup di bumi ini perlu ditumbuhkan dan diterapkan secara nyata dalam setiap kehidupan kita sehari-hari. Karena menyelamatkan bumi kita satu-satunya ini, berarti kita juga menyelamatkan awal, proses dan akhir kehidupan kita.
Ekosistem karst dan industri ekstraktif semen
Indonesia yang terletak di garis katulistiwa merupakan jamrut mutiara katulistiwa yang mempunyai banyak harta karun kekayaan sumber daya alam yang terpendam. Penambangan terbuka dengan membongkar sumber daya alam yang tadinya tersembunyi dalam perut bumi, mengakibatkan usikan besar yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kehidupan makluk hidup di permukaan bumi.
Kawasan karst di Indonesia memiliki bentang alam dengan luas hingga 154.000 km2. Luasan kawasan karst di Pulau Jawa mencapai 11.000 km2, sehingga menjadi incaran industri ekstraktif seperti pabrik semen. Karst memiliki fungsi ekonomi tinggi, karena batu gamping penyusun bentang alam karst merupakan penghasil kalsium karbonat. Batu gamping berkotribusi hampir 70-80 persen dalam bahan baku semen, disamping juga untuk bahan cat tembok, pemurnian baja. Bahkan pemurnian industri gula pasir juga menggunakan tepung karbonat.
Pada era perubahan global yang terjadi saat ini, kawasan karst Indonesia memiliki peranan yang strategis. Adanya lapisan epikarst di bagian atas kawasan karst mampu menyimpan dan mengalirkan air sampai pada mata air dan sungai bawah tanah pada musim kemarau. Kondisi ini menyebabkan kawasan karst menjadi salah satu tandon air besar di bumi. Selain itu, proses pelarutan yang menyebabkan adanya penyerapan karbondioksida atmosfer menjadikannya salah satu kawasan yang sangat penting terkait dengan pencegahan dan mitigasi perubahan iklim.
Kawasan karst adalah kawasan yang mudah rusak “fragile” serta memiliki daya lenting yang sangat kecil. Kondisi demikian mengharuskan kawasan karst harus direncanakan dengan sangat matang sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir. Ekosistem karst juga biasanya punya banyak goa sebagai habitat burung walet dan kelelawar, yang harga sarangnya sangat tinggi.
Aktifitas penambangan terbuka karst telah menyebabkan kerusakan lingkungan parah berupa hilangnya sumber mata air, lepasnya CO2 ke udara dan hilangnya kapasitas penyerapan CO2 yang disertai dengan kenaikan suhu sekitar 2oC di sekitar daerah penambangan. Dampak lainnya adalah terjadinya degradasi tanah (terbentuknya lahan-lahan kritis) dan rusaknya habitat flora dan fauna di daerah terdampak.
Kita tidak bisa munafik karena kita juga masih butuh semen untuk pembangunan. Dengan demikian, kita harus mencari win-win—solution untuk kepentingan bersama. Manfaat lingkungan dan sosial masyarakat tetap terjamin, namun potensi ekonomi industri masih punya peluang juga. Namun sebenarnya, kadang nilai ekonomi yang diperoleh dengan membongkar harta karun yang tersimpan rapat dalam perut bumi selalu menyisakan masalah sosial masyarakat dan lingkungan yang nilai kerugiannya justru lebih besar.
Selama kebutuhan semen tinggi untuk pembangunan, nafsu menambang kawasan karst pasti kuat. Manfaat ekonomi hanya diperoleh oleh segelintir pengusaha besar saja, sedangkan kerusakan alam dan konflik sosial masyarakat justru meningkat drastis. Untuk itu, harus dibuat zonasi, sehingga harus dipilih kawasan karst yang boleh ditambang yang potensi dampak lingkungan dan sosialnya kecil. Di Jawa, rasanya tak ada lagi kawasan karst layak tambang, karena selalu terdapat kawasan pemukiman masyarakat. Diperlukan penataan ulang kawasan karst oleh pemerintah daerah dengan menitikberatkan pada harmonisasi kebutuhan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya masyarakat.
Revolusi Biru
Planet biru kita terdiri atas samudera biru seluas 72%, dan langit biru lebih dari 95%. Mestinya, harus juga didukung oleh jagat bumi biru rahayu, sebuah bumi hijau asri yang mampu mendukung terciptanya langit dan laut biru. Ekonomi merah yang berorientasi nilai ekonomi semata, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kehidupan. Ekonomi hijau yang berorientasi pada nilai lingkungan, telah memproduksi produk yang baik bagi tubuh dan lingkungan meskipun mahal, karena produksi intensif yang murah dianggap berbahaya. Padahal ternyata disamping mahal, juga berbahaya. Konsep ekonomi biru dikembangkan oleh Gunter Pauli dari ZERI Foundation pada tahun 2009, melalui percepatan proses siklus alami dengan pemberdayaan sumber daya lahan (tanah, air, mineral), hayati (tumbuhan, binatang, manusia) dan lingkungan agar mempunyai nilai tambah ekonomi, lingkungan, sosial budaya, teknologi, pengelolaan berkelanjutan.
Ekonomi biru menawarkan efisiensi investasi, peningkatan inovasi, peningkatan dana, penciptaan lapangan kerja, pembangunan modal sosial, stimulasi kewirausahaan. Dilakukan dengan pemanfaatan sampah dan barang terbengkelai, menjadi makanan, energi dan pekerjaan, sehingga mengubah kemiskinan menjadi pembangunan berkelanjutan, dan kelangkaan menjadi ketersediaan. Ekonomi Biru telah memberikan kesempatan kreatif dan inovatif baru yang berkelanjutan, bersih dan bermartabat. Sudah saatnya revolusi hijau digantikan dengan revolusi biru, bukan hanya untuk Indonesia, namun juga menjadi rujukan dunia.
Revolusi Biru dapat diperjuangkan dengan sungguh-sungguh melalui revolusi total dibidang mental, teknologi, dan pengelolaan. Konsep filosofi Hamemayu Hayuning Bawana perlu dilakukan dengan menjadikan bumi rahayu, toto-titi-tentrem dan lestari dengan pemanfaatan sumber daya alam secara arif dan bijaksana.
Program kelestarian lingkungan terkesan mandul diimplementasikan karena kesalahan pengelolaan yang membajak secara tersistem, terstruktur dan masif, berupa ketidak-jelasan program, mafia proyek, pemburu rente ekonomi, kelembagaan yang lemah, mendahulukan keuntungan pribadi dan kepentingan golongan, pengabaian tugas, orientasi proyek semata, kendala administrasi, kelemahan monitoring evaluasi, perubahan iklim, dsb. Diperlukan strong strategic, strong leadership, strong regulation, strong implementation, strong commitment, strong participation untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang mampu mendukung lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.
Perbaikan lingkungan dan kehidupan dapat dicapai melalui program terpadu dan menyeluruh dengan revolusi biru berupa penyempurnaan dan pemberdayaan radikal terhadap sumber daya alam yang terbengkelai, terbuang sehingga teknologi, pengelolaannya harus lebih cerdas, luas, mendalam, futuristik, mempunyai roh ESD, terstruktur, konsisten, kompak, menyeluruh, harmonis, utuh dan berbasis kinerja.
Paradigma Pengelolaan kawasan Karst
Program pengelolaan kawasan karst harus dijalankan mendasarkan pada tiga pilar utama yaitu pemberdayaan kepribadian (personality empowerment), pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan pemberdayaan institusi (institutional empowerment). Diharapkan meningkatkan empati, kepedulian, kerjasama secara multidisipliner, kepribadian, kontribusi daya saing daerah/ nasional dan mendorong learning community/ society. Program harus mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi, lingkungan dan sosial budaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan seutuhnya.
Kegiatan pemberdayaan juga harus dilaksanakan secara co-creation, co-finance, sustainable dan flexible dalam jaringan kerjasama ABCG (Academic, Bussiness, Community, Goverment). Program pemberdayaan 6M (man, money, material, machine, method, management) harus dilakukan secara sinergis dan optimal agar seluruh stake holder mempunyai kemampuan, kemauan, kesempatan dan kewenangan untuk berkontribusi nyata dan mendapatkan manfaat optimal.
Perubahan besar yang ingin dicapai oleh program pengelolaan karst adalah mengubah dari ekonomi ekstraktif yang merusak lingkungan menjadi kegiatan produktif konservatif yang mempunyai nilai tambah ekonomi, lingkungan dan sosial budaya setempat dengan memberdayakan masyarakat dan ramah lingkungan
Untuk melindungi kawasan karst dari aktivitas yang merusak lingkungan pemerintah sebenarnya telah membangun regulasi yang mengatur tentang perlindungan kawasan karst, baik secara pengelolaan maupun kebijaksanaan yang terkait penataan ruang. Peraturan terbaru yang memuat tentang perlindungan kawasan karst adalah PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, bahwa semua bentang alam karst dan goa termasuk dalam “Cagar Alam Geologi”. Selain itu beberapa pemerintah daerah sudah menegeluarkan Surat Edaran (SE) pelarangan penambangan batugamping dan dicantumkan sebagai Kawasan Lindung.
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
Pendidikan (formal, nonformal dan informal) bercirikan Education for Sustainable Development (ESD) merupakan instrumen kuat yang efektif untuk melakukan komunikasi, memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran dan dapat untuk memobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan masa depan yang berkembang secara lebih berkelanjutan. ESD menyisipkan wawasan dan konsep secara luas, mendalam dan futuristik tentang lingkungan global dengan memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang (utamanya generasi mendatang) untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Program ESD di kawasan karst akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan melalui perbaikan lingkungan hidup dan sumber penghasilan keluarga dan masyarakat secara signifikan karena diperkirakan mampu meningkatkan pendapatan keluarga/masyarakat secara kontinyu. Dengan income generating yang meningkat dan kontinyu, maka penghasilan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat drastis dan berkelanjutan, sehingga juga terjadi pengurangan tingkat kemiskinan. Program harus membantu masyarakat secara mandiri agar mampu membantu dirinya sendiri mengelola sumber daya alam lokal secara arif dan bijaksana.
Pengelolaan Produktivitas Lahan dengan Pertanian terpadu
Integrated Bio-cycle Farming System (IBFS/ sistem pertanian siklus organik terpadu) mengelola sumber daya lahan (tanah, air, udara, temperature, dsb), sumber daya hayati (binatang, tumbuhan, manusia dan makluk hidup lain) dan sumber daya lingkungan (hubungan antar makluk dsb) secara optimal. Program ini memperhatikan gatra peningkatan nilai ekonomi, kelestarian lingkungan, keadilan sosial dan budaya, secara sinergis dan optimal. Dalam satu kesatuan kawasan lahan tersebut mampu memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, air, oksigen, obat herbal, wisata dan lainnya.
IBFS memungkinkan pemenuhan pendapatan harian, bulanan, tahunan dan dekade, untuk jangka pendek, menengah dan panjang. IBFS penting bagi petani dengan modal kecil, menengah dan besar, dan memiliki prospek yang baik untuk berkelanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya, sehingga mampu menjadi daya ungkit sebagai lokomotif kesejahteraan rakyat.
Lahan karst harus dikelola secara harmonis, menyeluruh (holistic) dan terpadu (integrated) serta berkelanjutan (sustainable) untuk berbagai peruntukan, yaitu: (i) produksi biomassa (sektor pertanian), (ii) lingkungan hidup (iii) habitat biologi dan konservasi gen. (iv) ruang infra-stuktur, (v) sumber daya mineral, dan (vi) estetika dan budaya. Masing-masing anasir bentang lahan tidak boleh saling menonjolkan kepentingan sektoral sendiri saja namun harus saling berkaitan dan mendukung secara harmonis. Output dan outcomes sistem lebih diutamakan dibandingkan keluaran masing-masing anasir pembentuknya. IBFS mengedepankan nilai lingkungan, nilai estetika, nilai sosial, nilai budaya dan nilai ekonomi secara harmonis dan seimbang, tanpa ada yang mendominiasi. Dengan demikian bukan melulu mementingkan nilai ekonomi semata sehingga terpaksa menghilangkan faktor lainnya, seperti yang dilakukan oleh praktis bisnis industri ekstraktif, namun harus mampu mengharmoniskan seluruh aspek yang muncul.
Pengelolaan sumber daya alam perlu dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan pola 9R (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant, replant, reward) untuk mendapatkan manfaat optimal demi keberlangsungan kehidupan makluk hidup dan lingkungan kita. Keterpaduan dari hulu sampai hilir dalam satu kesatuan lahan, sejak dari input, proses, output dan outcome dengan 9A (Agro-produksi, -teknologi, -bisnis, -industri, -infrastruktur, -marketing, -manajemen, -saranaprasarana, -wisata).
Agro-produksi dimaksudkan untuk menghasilkan multi produk dalam satu kesatuan lahan, berupa emas kehidupan yang selama ini tak dinilai dan terabaikan. Meliputi emas coklat (berupa papan kayu), emas kuning (berupa butir-butir padi, jagung warna kuning sebagai sumber pangan karbohidrat manusia), Emas hitam (berupa pupuk organik, kompos dsb). Disamping menghasilkan Emas biru (berupa energi biomas, biogas). Emas hijau (berupa sayuran hijau, pakan, lingkungan, temperatur, kelembaban). Juga menghasilkan Emas putih (berupa ikan, pangan), Emas merah (berupa protein daging hewan ternak seperti sapi, babi, ayam, bebek dsb). Emas bening (berupa air kehidupan). Disamping Emas transparan (berupa oksigen) dan Emas warna berupa obat-obatan herbal yang sangat penting bagi kesehatan dan kehidupan manusia yang bermartabat.
Geo-eco-wisata di Kawasan Karst
Gua-gua di kawasan karst yang tadinya dianggap sepi, seram dan mencekam ternyata memiliki arsitektur khusus berupa stalaktit dan stalaknit langka, indah, artistik, fenomenal yang terbentuk secara alami karena tetesan air dan larutan batu kapur. Akhirnya telah menjadi obyek Geo-eco-wisata wisata alami yang menarik dan ramai dibanjiri wisatawan dalam dan luar negeri. Pantai pasir putih dan tebing kapur dengan arsitektur alam indah dan masih virgin, juga menjadi pemandangan elok yang menyedot wisatawan.
Puncak-puncak bukit dengan pemandangan alam luas dan segar merupakan pemandangan langka bagi masyarakat modern yang mulai jenuh dengan modernitas. Dapat dibuatkan papan pohon, jembatan pohon, rumah pohon ataupun bangunan artistik khas berupa kapal kayu, kapal bamboo ataupun hiasan kupu-kupu, burung, binatang buas, patung raksasa sebagai latar belakang tambahan foto selfie disamping pemandangan lembah sungai yang sangat langka dan indah. Bahkan ketika awan dan kabut sedang turun dan berada di bawah bukit, maka seakan-akan menjadi terbang di atas awan. Pemandangann indah saat terbit dan terbenamnya matahari menjadi saat yang paling premium untuk menikmati indahnya alam semesta dan berfoto. Foto-foto selfie wisatawan yang tersebar luas dan cepat lewat media sosial, media massa menjadikan daya tarik kuat bagi setiap orang untuk ikut berkunjung ke lokasi wisata alam baru yang terus bermunculan. Foto selfie di lokasi geo-ecowisata menjadi tuntutan kekinian gaya hidup modern saat ini. Seakan rugi besar kalau belum berkunjung dan ikut foto selfie sebagai bukti telah menaklukkan dan menikmati alam semesta tanpa harus merusak dan membongkar alam ini.
Lonjakan wisatawan kawasan karst saat week end seperti di Gunung Kidul mengakibatkan tumpah ruahnya tempat wisata memberi berkah dan lompatan kegiatan ekonomi kerakyatan yang sangat tinggi. Namun demikian, infrastruktur dan sumber daya manusia nampaknya belum siap. Jalan sempit yang tadinya sepi menjadi macet, fasiltas umum berupa parker, kamar mandi dan penginapan menjadi keteteran. Aji mumpung masyarakat karena mendapatkan berkah ekonomi tiba-tiba justru menjadikan harga-harga makanan dan sewa fasilitas dasar mendadak naik drastis. Semakin ramai kunjungan wisatawan, maka harga sewa dan harga jual semakin naik tak terkendali. Menjadikan wisatawan banyak yang kecewa karena berdesakan, namun juga semakin banyak yang penasaran untuk membuktikan.
Kawasan bekas tambang batu kapur yang sudah rusak juga bisa dikelola untuk geo-eco-wisata dengan membentuk bangunan atau ukiran-ukiran khusus, seperti di Tebing Breksi Yogyakarta dan GWK Bali juga menarik menjadi obyek wisata alam. Dengan geo-eco-wisata, maka manusia dapat menikmati alam semesta ini tidak perlu merusaknya. Atraksi budaya lokal, kuliner lokal, home stay bersama masyarakat lokal tentu saja akan menjadi daya tarik tambahan.
Dengan pengelolaan lahan terpadu berbasis masyarakat dan lingkungan kita akan mampu mengharmoniskan nilai ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat. Revolusi jagat biru rahayu pada pengelolaan karst bisa menjadi rujukan nasional dan internasional dalam membangun kesejahteraan lingkungan dan kehidupan yang lebih bermartabat dan berkelanjutan.
Daftar Pusataka:
- Agus, C. 2015. Pengelolaan Bahan Organik: Peran dalam Kehidupan dan Lingkungan (edisi 2). UGM Press. Yogyakarta. 230 pp.
- Agus, C, Suratman dan Panjono (eds). 2016. Jagad Biru Rahayu: Lingkungan dan Kehidupan Bermartabat. UGM Press Yogyakarta.
- Sudarmadji, Eko Haryono, Tjahyo Nugroho Adji, M. Widyastuti, Rika Harini, Emilya Nurjani, Ahmad Cahyadi, Henky Nugraha (Editor). 2013. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia: Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia. Deepublish. Yogyakarta. 183 hal.
- Donny Iqbal. 2017. Kenapa Karst Karawang Selatan Perlu Diselamatkan? Ternyata Ini Alasannya. http://www.mongabay.co.id/2017/01/05/kenapa-karst-karawang-selatan-perlu-diselamatkan-ternyata-ini-alasannya/