STOP POLUSI PLASTIK Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

STOP POLUSI PLASTIK

Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

 

Peringatan Hari Bumi Sedunia (Earth Day) yang diperingati setiap tanggal 22 April, pada tahun 2018 ini bertemakan “END PLASTIC POLLUTION”. Membawa pesan kepada seluruh penghuni bumi untuk ikut bertanggung jawab dan berkontribusi nyata pada kelestarian lingkungan hidup dengan mengakhiri polusi plastik. Polusi plastik adalah salah satu masalah rumit terbesar di dunia, karena meskipun dianggap praktis dan instan, namun ternyata membawa petaka bumi yang lebih hebat. Kodrat alam dalam kelangsungan siklus hidup di bumi terhambat dengan penggunaan plastik, karena sulit terurai bahkan membahayakan kehidupan.

Menurut BBC, saat ini 9.1 miliar ton plastik telah diproduksi, menghasilkan 6,9 miliar ton sampah plastik. Hanya  9% dari limbah itu yang didaur ulang, 12% dibakar, sedangkan sisanya 79% (5.5 miliar ton) plastik limbah telah terakumulasi dalam tempat pembuangan sampah dan alam lingkungan hidup. Pada tahun 2050 nanti, jika tanpa upaya perbaikan terstruktur, tersistem dan sungguh-sungguh, maka diperkirakan menghasilkan limbah sebanyak 13,2 miliar ton.

National Oceanic and Atmospheric Administration-Marine Debris Programme (NOAA) menyebutkan bahwa satu botol minuman plastik baru dapat terdegradasi menjadi potongan-potongan yang lebih kecil hingga sampai 450 tahun. Dan plastik juga tidak pernah sepenuhnya terurai, sehingga tetap menjadi potongan-potongan yang sangat kecil berupa mikroplastik yang berpotensi menjadi kanker dan penyebab kematian makluk hidup di bumi ini. Ketika minum air, makan ikan atau makanan lainnya, kemungkinan besar juga bisa menelan potongan-potongan plastik kecil. Yang akan terakumulasi dalam aliran darah, menjadi racun dan merusak kodrat alam kita.

Polusi plastik diketahui akan merusak kelainan sistem kromosom dan reproduksi, gangguan fungsi otak dan saraf, kanker, kerusakan sistem kardiovaskular, diabetes onset dewasa, pubertas dini, obesitas dan resistensi terhadap kemoterapi. Banyak plastik mengandung phthalates (DEHP) dan BPA, yang berpotensi berbahaya bagi hormon manusia, sistem reproduksi, dan perkembangan anak usia dini.

Indonesia membuang sampah plastik sampai sekitar 100 milyar setahunnya, sehingga dinobatkan sebagai juara kedua penyebab utama polusi plastik di bumi ini. Indonesia sangat lemah dalam peraturan, budaya, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah terpadu, sehingga telah menjadi problem nyata yang tak terbantahkan. Banyak sampah plastik dibuang sembarangan, tidak sampai ke tempat pengolahan sampah, tertinggal dan menjadi bencana lingkungan serius. Sehingga menyumbat saluran air di sungai, saluran air got, draenase, pantai bahkan laut, serta menyebabkan banjir dan kematian. Budaya buang sampah sembarangan sudah menjadi tradisi umum, dilakukan dengan seenaknya, tanpa merasa bersalah, oleh hampir seluruh lapiran masyarakat. Jalanan dan sungai menjadi tempat pembuangan sampah terpanjang dan praktis, tanpa mau tahu konsekuensi bencana bagi lingkungan global.

Jejak polusi plastik harus dikurangi dengan drastik, melalui program aksi 5Rs (Reduce, Refuse, Reuse, Recycle and Remove), yang berarti mengurangi, menolak, menggunakan kembali, mendaur ulang dan menghapus. Mengurangi dan mengurangi jumlah plastik yang kita konsumsi merupakan langkah pertama terpenting untuk membatasi jumlah polusi plastik. Menolak bahkan boikot pemakaian kemasan plastik akan berdampak besar pada keseluruhan jejak polusi plastik. Mengurangi limbah plastik dengan menggunakan kemasan ulang atau yang mudah terdegradasi merupakan langkah strategis mengurangi dampak lingkungan dan kehidupan. Mendaur ulang limbah plastik menjadi barang lain yang tetap bermanfaat merupakan bagian penting dalam masalah polusi plastik. Gerakan membersihkan dan mengambil sampah plastik kembali yang sudah terlanjur mengotori dan merusak planet kita adalah upaya menghapus jejak limbah plastik yang ada.

Perlu kesadaran dan tanggung jawab semua pihak penghuni bumi ini untuk dikontribusinya secara nyata dalam pengakhiri jejak polusi limbah plastik. Pemberdayaan pengelolaan lingkungan terpadu kepada masyarakat mampu memberi wawasan yang cerdas, luas, mendalam dan futuristik, sehingga menumbuhkan tanggung-jawab dan kontribusi nyata dalam mewujudkan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.

 

Artikel ini telah diterbitkan pada

Agus, C. 2018. Stop Polusi Plastik. Analisis Harian Kedaulatan Rakyat Hari Kamis, 23 April 2018. Halaman 1.