Analisis: GERAKAN “EARTH HOUR” Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

Earth Hour (bahasa Indonesia: Jam Bumi) adalah sebuah gerakan di seluruh dunia berupa pemadaman lampu yang tidak diperlukan selama satu jam. Momen ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan serius dan dramatis menghadapi perubahan iklim dan konservasi energi. Gerakan ini distimulir oleh World Wide Fund for Nature (WWF) sejak tahun 2007, pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya, yang tahun ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat.
Penilaian terbaru terhadap Perubahan Iklim pada tahun 2013 oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang disampaikan pada tanggal 30 Januari 2014, menyimpulkan bahwa pengaruh manusia pada perubahan sistem iklim dan pemanasan bumi di sebagian besar wilayah dunia ini sudah sangat jelas dan kritis. Sehingga perlu mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca secara substansial dan berkelanjutan
WWF melaporkan bahwa Earth Hour sebelumnya bisa efektif mengurangi pemakaian listrik di Bangkok Thailand, sebesar 73,34 – 530 MWH yang setara dengan 41,6–143 ton emisi CO2. Philippine Electricity Market Corp. mencatat adanya pengurangan konsumsi listrik sebesar 39-78,63 MW di Metro Manila dan 102,2–116 MWH di Luzon. Irlandia menghemat 150 MWH yang setara dengan 60 ton karbon dioksida. Di Dubai, dilaporkan terjadi penghematan listrik sebesar 100 megawatt-jam. Hasil terbaik terjadi di Christchurch, Selandia Baru, yang mengalami penurunan permintaan listrik sebesar 13%. Melbourne, Australia, mengurangi permintaan listrik hingga 10,1%. Sedangkan, Sydney memangkas konsumsi listrik 8,4-10,2%.
Umat Hindu merayakan Nyepi setiap tahun Baru Saka dengan melaksanakan “Catur Brata”. Berupa penyepian terhadap amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Ini adalah salah satu bentuk manifestasi nyata gerakan earth hour yang didasarkan pada keyakinan harmoninya Alam-Gusti-Manusia.
Pemakaian energi tak terbarukan seperti minyak bumi menjadikan energi bumi semakin terkuras untuk mendukung kehidupan. Cadangan minyak yang diketahui saat ini berkisar 190 km3 (1,2 triliun barrel) tanpa pasir minyak, atau 595 km3 (3,74 triliun barrel) jika pasir minyak ikut dihitung. Menurut CIA World Factbook, konsumsi minyak bumi saat ini berkisar 84 juta barrel (13,4×106 m3) per harinya, atau 4.9 km3 per tahunnya. Dengan cadangan minyak yang ada sekarang, minyak bumi masih bisa dipakai sampai 120 tahun lagi, jika konsumsi dunia diasumsikan tidak bertambah.
Ketika dibakar, maka minyak bumi akan menghasilkan karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca. Jumlah CO2 ini meningkat dengan cepat di udara semenjak adanya revolusi industri, sehingga saat ini levelnya mencapai lebih dari 380ppmv, dari sebelumnya yang hanya 180-300 ppmv, mengakibatkan pemanasan global. The Global Carbon Project (GCP) merilis laporan terbarunya pada saat pertemuan para pihak (COP) ke 17 dan Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) di Durban, Afrika Selatan, bahwa konsentrasi CO2 di udara telah meningkat drastis menjadi 389,6 ppm, yang merupakan nilai tertinggi dalam 800.000 tahun terakhir. Total akumulasi CO2 di udara pada tahun 2010 saja sekitar 5 Pg C (1 Pg = 1 Petagram = 1 Gigaton). Laju akumulasi CO2 di atmosfer disuplai emisi bahan bakar minyak pada kegiatan manusia dan dikurangi dengan adanya absorbsi oleh alam (hutan dan samodera).
Kekacauan dan amburadulnya iklim karena pemanasan global telah berdampak hebat terhadap lingkungan hidup dan kelangsungan makluk hidup semua. Mari kita hentikan pembakaran bumi dan menghemat energi kehidupan, dengan memadamkan lampu yang tidak diperlukan serta menanam pohon yang mampu menyerap CO2 bumi. Karena bumi merupakan satu-satunya planet dalam sistem tata surya kita, yang mampu menampung kehidupan kita dan seluruh makluk hidup ini.

Informasi Penulis:
Prof. Dr. Cahyono Agus
– Guru Besar pada Fakultas Kehutanan UGM Jogjakarta
– HP: 081 5688 8041
– Email: acahyono@ugm.ac.id