Analisis: Jagad Biru Rahayu

JAGAD BIRU RAHAYU
Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

Hari Bumi diperingati secara internasional setiap tanggal 22 April, dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap bumi. Hanya Bumi saja dalam gugusan planet tata-surya, satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh makhuk hidup. Bumi telah dengan suka rela menyediakan layanan jasa lingkungan dan kehidupan secara gratis kepada seluruh makluk hidup. Namun demikian, manusia sebagai khalifah di bumi ini justru telah mengekploitasinya secara berlebihan, sehingga kerusakan bumi kita saat ini semakin parah.
Bumi pernah mengalami “kiamat kecil” akibat ledakan gas metana dari dasar laut sekitar 251 juta tahun yang lalu, sehingga kehidupan di bumi pun pernah punah. Menurut Gavin Schmidt, ketua peneliti NASA, sejarah menunjukkan bahwa 55 juta tahun yang lalu gas metana (CH4) yang terlepas dalam jumlah besar dari dasar laut sehingga memanaskan bumi hingga 7ºC dan menyebabkan kepunahan masal serta terganggunya iklim bumi selama 100.000 tahun. Dinosaurus dan manusia purba juga musnah pada periode setelah itu. Menurut Dr. Gregory Ryskin, dari Northwestern University AS, kekuatan ledak gas metana itu sebesar 10.000 kali lebih kuat daripada ledakan seluruh senjata nuklir di dunia, mengakibatkan banjir lautan api raksasa yang memusnahkan 95 persen spesies laut dan 70 persen spesies daratan.
Mantan Wapres USA, Al Gore yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, kembali menyampaikan “Inconvenient Truth”, sebagai sebuah kenyataan pahit yang menyakitkan adanya kerusakan bumi yang sangat mengawatirkan pada saat ini. The International Panel on Climate Change (IPCC) akhir tahun 2014 lalu melaporkan bahwa pemanasan global yang melanda bumi kita saat ini, dipercaya 95% merupakan ulah manusia sendiri. Global Development Development Professionals Network dalam laman The Guardian dan Mongabay menyebutkan setidaknya ada 13 bukti nyata tentang kegentingan kerusakan bumi saat ini.
Perlu disadari, bahw bumi kita tak hanya mempunyai daya dukung yang terbatas, tetapi juga terus menyusut, sedangkan permintaan terus membesar. Saat ini bumi telah kewalahan melayani 7,2 miliar jiwa manusia. Penduduk bumi akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025, sehingga semakin sulit terlayani, bahkan justru semakin menjadi tekanan terhadap bumi. Sangat disayangkan, kita masih terus menggantungkan ego cara bertahan hidup dengan terus mengeruk bumi secara rakus dan tanpa henti, dengan kecepatan eksponensial. Menjadikan bumi semakin rusak, renta tak berdaya. Sedangkan tingkat kesadaran manusia terhadap keberlangsungan kehidupan bersama tidak juga tumbuh. Maka hampir tidak mungkin untuk melihat nasib manusia di masa depan.
Meskipun telah merasakan dampak negatif hilangnya kenyamanan jasa lingkungan dan kehidupan oleh bumi, ternyata upaya penyelamatan dan perbaikan kondisi bumi belum juga mendapat porsi dan prioritas utama. Kita masih acuh dan tak peduli terhadap nasib bumi kita, serta lebih menyalahkan dan menyerahkan kepada orang lain untuk memperbaikinya. Padahal seharusnya kita bisa ikut berkontribusi secara nyata untuk ikut menyelamatkan bumi ini. Kita tak bisa terus berdiam diri lagi. Kita harus rawat bumi seisinya untuk kepentingan seluruh makluk hidup dalam jagad bumi biru yang bermartabat secara berkelanjutan.
Konsep ekonomi biru yang dikembangkan oleh Gunter Pauli dari ZERI Foundation pada tahun 2009, telah memberikan kesempatan kreatif dan inovatif baru yang berkelanjutan, bersih dan bermartabat. Perlu dikembangkan menjadi revolusi biru, melalui percepatan proses siklus alami dalam pemberdayaan sumber daya alam tersedia bahkan yang terbengkelai, agar mempunyai nilai tambah ekonomi, lingkungan, sosial budaya, teknologi, pengelolaan bagi kenyamanan kehidupan bersama.
Revitalisasi Kampus Biru UGM mestinya dapat menjadi inisial revolusi biru agar segera terbangun Jagad Biru Rahayu dengan lingkungan dan kehidupan yang lebih bermartabat dan berkelanjutan. Upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup di bumi ini perlu dikontribusikan secara nyata dalam setiap kehidupan kita sehari-hari.

Informasi Penulis:
DSC_8415+Prof. Dr. Cahyono Agus
Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Kepala KP4 UGM Yogyakarta
HP: 081 5688 8041
Email: acahyono@ugm.ac.id