REVOLUSI PEMBANGUNAN KAWASAN DESA
Prof. Dr. Cahyono Agus
Fakultas Kehutanan UGM, Bulaksumur Yogyakarta 55161
Email: cahyonoagus@gadjahmada.edu, http://acahyono.staff.ugm.ac.id
I. POTENSI PEMBANGUNAN DESA
Saat ini sekitar 60% kemiskinan di Indonesia berada di pedesaan, dan lebih dari 70% kemiskinan pedesaan tersebut terkait dengan pertanian. Program pembangunan Desa terpadu terkesan mandul diimplementasikan karena kesalahan pengelolaan 6M (man, money, material, machine, method, management), yang membajak secara tersistem, terstruktur dan masif, berupa ketidak-jelasan program, mafia proyek, pemburu rente ekonomi, kelembagaan yang lemah, mendahulukan keuntungan pribadi dan kepentingan golongan, pengabaian tugas, orientasi proyek semata, kendala administrasi, kelemahan monitoring evaluasi, perubahan iklim. Perbaikan kondisi pertanian berupa strategi, regulasi, implementasi, teknologi, manajemen, kelembagaan dan sebagainya, diharapkan akan memperbaiki seluruh aspek dan sendi kehidupan yang terlibat.
Eksplotasi sumber daya alam yang berlebihan telah mengakibatkan tragedi menyedihkan karena bencana lingkungan dan kemanusiaan, telah menjadi kenyataan menyakitkan yang sulit dibantah dan ternyata tetap selalu berulang. Sumber daya alam masih dikelola sebagai warisan nenek moyang dalam pembangunan nasional dengan konsep resource based development, sehingga harus dimulai dengan paradigm baru pengelolaan sumber daya alam yang berbasis knowledge based development, melalui produksi iptek, alumni dan invensi, konsep pembangunan berkelanjutan yang cerdas, inovatif, luas, mendalam dan futuristik (Agus, 2012). Untuk itu, diperlukan paradigma baru untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang mampu mendukung lingkungan dan kehidupan yang berma rtabat dan berkelanjutan.
Program NAWA CITA Presiden Joko Widodo (JOKOWI) Jusuf Kalla (JK) tahun 2014 – 2019 memberikan 9 cita utama sebagai landasan mendasar dalam pembangunan desa secara terpadu dan menyeluruh. Setidaknya ada beberapa ciya yang berkaitan langsung dengan pembangunan desa dapat ditelusur dalam keinginan cita ke tiga, untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Selanjutnya cita kelima, akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. Juga Cita keenam, yang akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, maupun ke tujuh, akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Pemerintah RI telah menyediakan dana desa yang bersumber dari APBN untuk digunakan pembangunan desa sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dana desa ini dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa yang diatur dan diurus oleh Desa. Penetapan alokasi dana desa tahun anggaran 2015 yang disetujui secara nasional dalam APBN untuk seluruh Indonesia adalah sebesar 9 trilyun rupiah. Peraturan Menetri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang penetapan prioritas penggunaan Desa tahun 2015, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pasal 5. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan Desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan Desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui: a. pemenuhan kebutuhan dasar; b. pembangunan sarana dan prasarana Desa; c. pengembangan potensi ekonomi lokal; dan d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya ekonomi, sejalan dengan pencapaian target RPJM Desa dan RKP Desa setiap tahunnya, yang diantaranya dapat mencakup: a. peningkatan kualitas proses perencanaan Desa; b. mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya; c. pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; d. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa; e. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat; f. dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan; dan g. peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui: 1) kelompok usaha ekonomi produktif; 2) kelompok perempuan; 3) kelompok tani; 4) kelompok masyarakat miskin; 5) kelompok nelayan; 6) kelompok pengrajin; 7) kelompok pemerhati dan perlindungan anak; 8) kelompok pemuda; dan 9) kelompok lain sesuai kondisi Desa.
II. PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN
Dalam rangka pengembangan pembangunan desa terpadu, maka perlu dibuat pusat unggulan lokal yang dapat diberdayakan sepenuhnya sebagai wahana untuk tranfer pengetahuan (transfer of knowledge), ketrampilan (skills) dan nilai-nilai luhur (values) di bidang pertanian terpadu dengan praktek langsung di lapangan. Pusat unggulan ini harus berkembang menjadi Field Campus for Life and Environtmental Sciences yang mampu menjadi acuan pembangunan desa dengan cara mengaktualisasi diri dalam bidang agrokomplek dan berbagai bidang ilmu terkait serta dengan mengembangkan jaringan Academic Bussines Community & Government (ABCG) yang lebih intensif.
Penerapan riset-riset applicative-collaborative, innovative-inventive, serta multi-, inter-, intra-disipliner perlu dikembangkan oleh berbagai peneliti dari berbagai pihak, untuk dijadikan landasan penerapan research based learning and services (pembelajaran dan pengabdian berbasis penelitian). Model agroforestry melalui Integrated Bio-cycle Farming System (IBFS/ sistem pertanian siklus-bio terpadu) yang dikembangkan oleh KP4 UGM dilakukan dengan beberapa kajian lebih mendalam melalui: ICM (Integrated Crop Management atau Pengelolaan tanaman terpadu), INM (Integrated Nutrient Management atau pengelolaan hara terpadu), IPM (Integrated Pest Management atau pengelolaan hama terpadu) dan IMM (Integrated Moisture Management atau pengelolaan air terpadu). Siklus energi, siklus bahan organik, dan karbon, siklus air, siklus hara, siklus produksi, siklus tanaman, siklus material dan siklus uang perlu dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan pola 9R (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant, rebuild, reward) dengan mempetimbangkan gatra ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan kesehatan untuk mendapatkan manfaat optimal bagi petani, masyarakat di bidang pertanian dan lingkungan global (Agus, 2012)..
Perubahan paradigma baru dari Tri Darma PT yang tadinya meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang berdiri sendiri-sendiri akan disinergiskan menjadi Research and Services based learning. Kurikulum berbasis kompetensi mengharuskan pembelajaran menekankan pada mahasiswa agar dapat mengerti (Learn to know), mengerjakan sendiri (Learn to do), menjadi aktor (Learn to be) dan bekerja bersama (Learn to work together), sehingga lulusannya mempunyai kompetensi (competence), komitmen (committment), keberpihakan (compassion)), dan nurani (conscience) terhadap masyarakat awam.
Pendidikan (formal, nonformal dan informal) bercirikan Education for Sustainable Development (ESD) merupakan instrumen kuat yang efektif untuk melakukan komunikasi, memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran dan dapat untuk memobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan masa depan yang berkembang secara lebih berkelanjutan. ESD menyisipkan wawasan dan konsep secara luas, mendalam dan futuristik tentang lingkungan global dengan memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang (utamanya generasi mendatang) untuk berkontribusi lebih baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Paradigma baru pertanian harus memberdayakan segenap multi-fungsi pertanian sebagai pemasok utama sandang, pangan, dan papan bagi kehidupan seluruh makluk hidup; juga sebagai gatra lingkungan hidup yang berkelanjutan, penyedia keindahan lingkungan (wisata-agro), penghasil bio-farmaka dan penghasil bio-energi. Untuk itu, pertanian harus dibangun dengan menghilangkan ego-sektoral, sehingga harus dikembangkan secara harmonis dengan penggunaan lahan lain untuk kehutanan, perkebunan, hortikultura, pemukiman, lingkungan hidup, pertambangan, infrastruktur, industri, pariwisata maupun sektor lain dalam satu kesatuan landscape ecological management, secara horizontal maupun vertikal.
Pusat Unggulan (Center of Excellence) berupa Integrated Bio-cycle Farming System (IBFS/ sistem pertanian siklus-bio terpadu), yang mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), dengan mengelola sumber daya lahan (tanah, air, udara, temperature, dsb), sumber daya hayati (binatang, tumbuhan, manusia dan makluk hidup lain) dan sumber daya lingkungan (hubungan antar makluk dsb) secara optimal. Program ini mempunyai ciri pokok dan merupakan pengejewantahan program Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) yang harus memperhatikan gatra peningkatan nilai ekonomi, kelestarian lingkunga, keadilan sosial dan budaya, secara sinergis dan optimal. Keseimbangan produksi dan konsumsi merupakan salah point yang harus dikembangkan, sehingga dalam satu kesatuan kawasan lahan tersebut mampu memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, air, oksigen, obat herbal, wisata dan lainnya (Agus, 2012).
Gambar 1. Pengembangan Pusat Unggulan GAMA PERTANIAN TERPADU (Agus, 2012)
Pemanfaatan lahan secara harmonis, menyeluruh (holistic) dan terpadu (integrated) serta berkelanjutan (sustainable) untuk berbagai peruntukan, yaitu: (i) produksi biomassa (sektor pertanian), (ii) lingkungan hidup (iii) habitat biologi dan konservasi gen. (iv) ruang infra-stuktur, (v) sumber daya alam, dan (vi) estetika dan budaya, merupakan ciri utama dalam sistem IBFS. Masing-masing anasir bentang lahan tidak boleh saling menonjolkan kepentingan sektoral sendiri saja namun harus saling berkaitan dan mendukung secara harmonis. Output dan outcomes sistem lebih diutamakan dibandingkan keluaran masing-masing anasir pembentuknya. Karakteristik kunci dari IBFS yang dikembangkan di KP4 UGM adalah meliputi 9 anasir utama sebagaimana yang tertera dalam Tabel 1. IBFS merupakan integrasi dari sektor pertanian dan non-pertanian, melalui pendaur ulangan bahan organik yang berasal dari sector pertanian maupun non-pertanian secara terpadu. Suplai makanan yang diproduksi dari desa untuk dikirim ke kota telah mengakibatkan defisit bahan organik di desa, sehingga tumpukan bahan organik di kota perlu diaur ulangkan ke system pertanian yang banyak terdapat di desa (Agus, 2012).
Tabel 1. Karakteristik kunci sistem pertanian terpadu IBFS yang dikembangkan di
KP4 UGM dibandingkan dengan berbagai tipe sistem pertanian berkelanjutan
LOW INPUT /INTEGRATED
(pertanian input rendah/ terpadu) ORGANIC FARMING
(pertanian organik) BIO-DYNAMIC
(pertanian bio-dinamik) AGROFORESTRY
(agroforestri) INTEGRATED BIO-CYCLE
(Pertanian siklus-bio terpadu)
integrasi proses alami yg menguntungkan Integrasi tanah, lingkungan dan kesehatan manusia Pengelolaan organisme yg optimumkan kualitas tanah & tanaman, hewan dan kesehatan manusia Integrasi tnm kayu dan herbal Integrasi pertanian & non pertanian
Menambah nilai lingkungan Pupuk alami.
Nilai lingkungan Nilai ekonomi Nilai lingkungan Nilai lingkungan, estetika, ekonomi
Rotasi tanaman Rotasi tanaman, diversifikasi spatial ideal Rotasi tanaman, diversivikasi spatial ideal Spatial diversitas tipe crop Rotasi & divesitas tnm
Dampak pengolahan tanah minimum Kecukupan N melalui fikasasi-N Kecukupan N melalui fikasasi-N,
Persiapan khusus utk peningkatan kualitas tanah dan kehidupan tanaman Variasi tanaman dan sistem pastoral Bio-teknologi, nanoteknologi, pro-biotik
Penggunaan pupuk kimia Larangan perlakuan tanaman dan pupuk Larangan perlakuan tanaman dan pupuk Pemupukan pada tanaman pertanian, pemanfaatan siklus pada tanaman kehutanan Pengelolaan siklus organik scr tertutup & terpadu dlm satu wil terpadu, berupa tanaman (ICM), hama (IPM), lengas (IMM), hara (INM), ternak (IVM) terpadu
Penggunaan pestisida Pengelolaan hewan traditional Pengelolaan hewan traditional Pengelolaan bio-alam terpadu
Prinsip umum Prinsip unit pengelompokan Prinsip unit pengelompokan Prinsip umum Lanscape ecological management, konsep agropolitan
Pengelolaan tapak-tanaman secara spesifik Pengelolaan tapak-tanaman secara spesifik Pengelolaan tapak-tanaman secara spesifik Pengelolaan tapak-tanaman secara spesifik Pengelolaan tapak-tanaman secara spesifik
Semi-tradisional Alami terpadu tradisional Menyeluruh & terpadu
Stockdale & Cookson (2003), Chan, (2006) IFOAM (1998), Koept et al (1976), Stockdale & Cookson (2003) Agus ( 2012)
IBFS mengedepankan nilai lingkungan, nilai estetika, nilai sosial, nilai budaya dan nilai ekonomi secara harmonis dan seimbang, tanpa ada yang mendominiasi. Dengan demikian bukan melulu mementingkan nilai ekonomi semata sehingga terpaksa menghilangkan faktor lainnya, seperti yang dilakukan oleh praktis bisnis pertanian yang dilakukan oleh pengusaha besar, namun harus mampu mengharmoniskan seluruh aspek yang muncul. IBFS juga dilakukan dengan sistem rotasi dan keaneka-ragaman tanaman, sehingga biodiversitas dan siklus tanaman tetap terjaga dan terpelihara untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagi kehidupan dan lingkungan. Inovasi besar di bidang bio-teknologi buatan dan fungsional, nanoteknologi, dan pro-biotik merupakan terobosan besar yang harus dilakukan agar terjadi revolusi kehidupan dan lingkungan bermartabat yang makin berkualitas dan berkelanjutan. Loncatan kualitas kehidupan dan lingkungan pada level yang lebih tinggi dan baik dapat dicapai dengan pemberdayaan bio-nano-teknologi probiotik yang fungsional agar siklus dan kualitas kehidupan makin meningkat (Agus, 2012).
Pengelolaan siklus tertutup organik dan integrasi dalam suatu kawasan terpadu antara ICM, IFM, IPM, IMM, INM merupakan ciri utama dalam IBFS agar terjadi sistem daur tertutup yang mandiri dan berkualitas. Pengelolaan perlindungan bio terpadu dan pengelolaan ekosistem kesehatan, merupakan syarat mutlak agar konsep kembali alam dengan produktivitas serta kualitas hidup dan lingkungan yang lebih baik bisa terjamin dan berkelanjutan. Manajemen ekologi lanskap terpadu dan konsep agropolitan merupakan salah satu strategi penghilangan kotak-kotak egosentris dalam IBFS, sehingga tidak lagi mementingkan ego sektor sendiri-sendiri, namun justru harus bersinergis. Dengan demikian pengelelolaan bahan organik harus dikelola dalam satu kesatuan lahan yang terpadu. Pengelolaan khusus tanaman perlu juga dilakukan karena masing-masing spesies tanaman mempunyai karakter hidup dan produktivitas sendiri-sendiri. Selanjutnya, IBFS harus dikelola dalam suatu sistem holistik dan terintegrasi (Agus, 2012).
III. KEDAULATAN PANGAN SEHAT DAN ENERGI TERBARUKAN
Pengembangan GAMA PANGAN di KP4 UGM Yogyakarta dilaksanakan melalui program 5A, yang terdiri atas: AGRO-PRODUKSI, AGRO-BISNIS, AGRO-TEKNOLOGI, AGRO-INDUSTRI, AGRO-WISATA untuk komoditas unggulan dari hulu dan hilir dalam satu kesatuan wilayah, waktu dan sistem pengelolaan secara terpadu. Inovasi di bidang Agro-Produksi harus mampu menghasilkan produk dengan 3K (kuantitas, kualitas dan kontinyuitas) yang memadai sehingga menjadikan komoditas pertanian sebagai sumber kehidupan dan lingkungan yang memadai. Dengan demikian diharapkan akan tercapai 9 W (WAREG, WARAS, WASIS, WASKITO, WISMO, WUSONO, WIBOWO, WALUYO, WICAKSONO).
Pengembangan Agro-Bisnis menjadi sangat penting agar komoditas pertanian akan dapat berperan secara modern, tidak terjebak dalam sistem tradisional yang bersifat sub sistem dan menjadikan pelakunya lebih sejahtera, bukan sebagai perahan sector ekonomi lain. Inovasi Agro-Teknologi merupakan syarat mutlak agar dengan teknologi tepat guna dan bio-teknologi yang sesuai, maka akan terjadi revolusi baru di bidang pemenuhan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Agro-Industri merupakan penghiliran produk pertanian agar fluktuasi musim panen pertanian yang sangat merugikan masyarakat pertanian dapat ditingkatkan menjadi komoditas prioritas, karena merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh seluruh makluk hidup di bumi ini. Agro-Wisata merupakan pemberdayaan lahan untuk pendidikan agar setiap makluk hidup mampu menikmati dan berkontribusi nyata dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan perbaikan lingkungan hidup. Keberhasilan program juga harus didukung oleh semua pihak sehingga tidak bisa dibebankan kepada petani semata, namun harus terjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, melalui jaringan ABCG (Academic atau Akademisi dan Peneliti, Business atau swasta, Community atau masyarakat, Government atau pemerintah), dengan masing-masing pihak harus berkontribusi nyata sesuai dengan peran nyata (Agus, 2012).
Program percepatan pertumbuhan optimal (Accelerated Optimal Growth) didukung peningkatan genetik dan perbaikan lingkungan tempat tumbuh (Agus, 2012). KP4 UGM mengaplikasikan percepatan pertumbuhan optimal secara sinergis melalui peningkatan sifat genetik (GAMA MELON, GAMA ANGGREK, GAMA PADI, GAMA SAPI BALI, GAMA JAGUNG, GAMA AYAM dsb) dan rekayasa lingkungan pertumbuhan tanaman (GAMA POT ORGANIK, GAMA BIOGAS, GAMA PERTANIAN TERPADU, GAMA LIMBAH ORGANIK, GAMA-DEC dsb).
Sehubungan dengan pentingnya sumber energi murah untuk menjadi bagian yang terintegrasi dari siklus bio, unit produksi biogas untuk mengubah limbah pertanian (terutama limbah ternak berupa pupuk kandang) menjadi bentuk yang berguna bahan bakar berkelanjutan. Bahan organik dapat dilakukan siklus dengan baik dan dioptimalkan melalui GAMA DIGESTER, GAMA PEMURNIAN dan GAMA KOMPRESI dalam IBFS untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dengan nilai tambah lingkungan, ekonomi dan sosio-budaya (Agus et al., 2011).
KP4 UGM melakukan studi energi bio-hidrogen menggunakan bakteri E. aerogene, tersirat bahwa penggunaan bahan substrat sampah organik bisa lebih efektif dan memiliki dampak yang lebih menguntungkan lingkungan daripada monosakarida murni. Produksi Bio-hidrogen melalui proses biologis dapat dilakukan dengan biophotolysis, fermentasi gelap, dan fermentasi foto. Agus et al., (2014) menyimpulkan bahwa fermentasi dan produksi bio-hidrogen dioptimalkan setelah 24 jam, dengan tertinggi pada konsentrasi substrat 20%.
IV. PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pergeseran paradigma TRIDHARMA di UGM, dari semula: Pendidikan, Penelitian dan Pengab-dian kepada Masyarakat secara sendiri-sendiri, menjadi lebih terintegrasi menjadi Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat berbasis Riset. Dengan demikian, UGM mempunyai Program KKN dengan paradigma pemberdayaan berupa Program KKN-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (Program KKN-PPM) yang berbasis Riset melalui pendekatan multidisipliner. Kegiatan ini bersifat wajib (3 SKS) bagi mahasiswa S1, sehingga setiap tahun terdapat sekitar 7.000 mahasiswa diterjunkan ke masyarakat selama 2 bulan. Dengan paradigma pemberdayaan ini, maka harus mengikuti prinsip-prinsip: win-win solution, co-creation, co-fiancing, flexibility, sustainability. Hasil dan dampak dari tema program harus terukur untuk menjamin terjadinya sustainable improvement dari tema. Program harus dilaksanakan melalui kolaborasi/kerjasama antara UGM dan Pemda, industri, asosiasi profesi, dll.
Pergeseran Paradigma Program KKN, dengan tujuan: (a) Meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa, (b) Menjamin keberlangsungan tema program, baik dilaksanakan oleh komunitas maupun oleh mahasiswa/llulusan dimasa mendatang. Perubahan menyolok dari Program KKN menjadi KKN-PPM adalah dari Top down menjadi Bottom up, dari Work for community menjadi Work with community, dari No theme menjadi Based on theme or research, dari Development paradigm menjadi Empowerment paradigm
UGM dan DIY merupakan pendukung utama aktivitas Yogyakarta Regional Center for Expertise (RCE-Yogyakarta). Acknowledgement dari UNU diberikan ke UGM per tanggal 31 August, 2007 dengan Pembentukan Community Empowerment Center (CEC) disetiap Kabupaten/Kota di DIY. Tujuan dan expert dari RCE-Yogyakarta adalah Penurunan kemiskinan melalui Pemberdayaan Masyarakat dengan konsep EfSD. Pelaksanaan melalui Program KKN-PPM dengan fokus tema, a.l.: (a) Pendidikan Dasar dan Pelatihan: PBA (menggunakan bahasa ibu), pendididkan life-skills, pelatihan guru,dll. (b) Pelatihan manajemen dan penguatan teknologi dari UKM, (c) Eksplorasi, eksploitasi, dan manajemen penyediaan air bersih, (d) Manajemen dan pengembangan energi (mikro-hidro, biogas, briket, dll.) (e) Pengembangan Desa Agro-forestry, (f) Integrated farming, (g) Pencegahan dan deteksi dini bencana, dll.
Pedukuhan Puton. Trimulyo, Jetis Bantul yang merupakan korban utama jalur utama Gempa Jogja 27 Mei 2006, sehingga mengalami kerusakan sangat parah bagai bumi hangus, dengan rincian hampir seluruh rumah roboh dan rusak berat sebanyak 308 (90%), rumah rusak sedang 27 (8%), rumah rusak ringan: 7 rumah (2%). Belum semua KK mendapat penanganan serta memperoleh bantuan memadai untuk rumah sementara, sedangkan sumber penghidupan masyarakat telah hilang. Namun masyarakat masih mempunyai harapan dan komitmen untuk segera bangkit membangun sendi-sendi kehidupan. KP4 UGM mendapat hibah kompetitf dari United National Development Program (UNDP) untuk melakukan Early Recovery Assistance dengan membangun 125 hunian sementara para korban gempa, dengan mekanisme sbb: (a) Fasilitasi dan penyediaan material untuk 125 rumah tinggal sementara sebelum rumah permanen selesai dibangun, (b) Pengontrolan kualitas rumah layak huni sebagai tempat berlindung dari cuaca (hujan, angin, panas dll) yang tidak baik, (c) Pemanfaatan kembali material bangunan tempat tinggal sementara sebagai material yang sekaligus dapat dipergunakan untuk pembangunan jangka panjang yang dilakukan secara bertahap, (d) Pemberdayaan sikap gotong royong warga untuk membangun rumah sementara dengan gerakan “bangun griyo kulo” secara bersama, (e) Pendampingan dan monitoring-evaluasi pelaksanaan melalui KKN PPM UGM.
Hibah mini untuk pemulihan sumber penghidupan masyarakat korban gempa bumi Jateng DIY dari Australian Indonesia Partnership (AIP) mendasarkan pada tiga pilar utama yaitu pemberdayaan kepribadian (personality empowerment), pemberdayaan institusi (institutional empowerment) dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Program pemulihan sumber kehidupan direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis melalui proses pembelajaran dan pemberdayaan yang berkelanjutan berdasarkan prioritas potensi yang ada dalam masyarakat dan mitra kerja yang berbasis wilayah maupun kompetensi. Dengan demikian, maka program ini memberikan keleluasaan bagi kemungkinan pengembangan kerja sama dengan institusi/lembaga baik pemerintah maupun swasta, masyarakat dan mitra kerja lain secara terencana dan berkesinambungan.
Prioritas pemulihan sumber kehidupan keluarga berupa industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang telah digeluti sebelum gempa dan menjadi penopang kehidupan seluruh anggota keluarga tetapi terpaksa terputus karena sarana produksi hancur, diharapkan mampu mempercepat proses pemulihan perekonomian keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan program pemulihan sumber kehidupan pasca gempa akan meningkatkan empati, kepedulian, kerjasama secara multidisipliner, kepribadian, kontribusi daya saing daerah/ nasional dan mendorong learning community/ society. Program ini ini juga dilaksanakan secara co-creation, co-finance, sustainable dan flexible.
Program yang dilaksanakan terdiri atas: (a) Mapping sarana produksi industri kecil rumah tangga secara terpadu, (b) Penguatan kelembagaan, (c) Perbaikan sarana prasaran produksi yang terpadu dan berkelanjutan, (e) Pendampingan KKN PPM intensif, terpadu dan berkelanjutan dalam pemulihan sumber kehidupan masyarakat, (f) Promosi, Perbaikan kemasan produk dan perluasan pemasaran, (g) sumber pembiayaan modal usaha mikro untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan, (h) Rehabilitasi tempat usaha.
Melalui kompetisi hibah IPTEK bagi Masyarakat Ditjen Dikti Kemendikbud, KP4 UGM menjalankan beberapa program IbM melalui transfer teknologi Sistem Pertanian Siklus-Bio Terpadu yang dikembangkan oleh KP4 UGM Yogyakarta pada wilayah binaan. Program pengabdian masyarakat melalui transfer dan pendampingan teknologi tepat guna berupa teknologi Burger pakan sapi, pembuatan pupuk padat, pembuatan pupuk cair, dan teknologi pengolahan limbah biogas. telah dilaksanakan di kelompok ternak Rukun Desa Margoagung, Seyegan., Sleman, melibatkan mahasiswa KKN PPM UGM.
IbM juga dilakukan untuk peningkatan produksi susu di koperasi susu Sumber Rejeki di Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, melalui (a) pemberian suplementasi pakan HQFS, yang merupakan pakan yang kaya kandungan energi, protein dan Mineral (b) pemanfaatan suplementasi HQFS pada sapi perah laktasi umur 1-4 bulan awal laktasi (c) pengenalan teknologi pupuk cair, kompos dan teknologi biogas.
Program Inspiring Bulaksumur Urban Community (IBUC) dilakukan dengan mengembangkan Sabuk hijau pada Kampus Biru UGM melalui pengembangan Kampung Hijau Kreatif Inovatif (KHKI) melibatkan program KKN PPM secara berkelanjutan dengan mitra ABCG. Program pembinaan pendampingan Percontohan Kawasan Minapolitan Nasional dengan program NAWA KRIDA MINA DAYA, juga dilaksanakan bersama mitra ABCG.
V. PEMBELAJARAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PROGRAM
Faktor pendukung keberhasilan program jelas membutuhkan kontribusi aktif dan nyata dari seluruh stake holder. Untuk itu diperlukan keunggulan pelaksana, program, pengelolaan, keuangan dan indicator kinerja. Dengan demikian, perlu didorong agar seluruh stake holder mempunyai track record, kemampuan, kemauan, kesempatan, kewenangan, kredibiltas, kepercayaan untuk mendukung keberhasilan dan kesejahteraan bersama.
Pemberdayaan 6M (man, money, material, method, machine, management), yang SERBA TEPAT (tepat orang, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, tepat sasaran, tepat bentuk), melalui kerja optimal (kerja keras, kerja cerdas, kerja sama, kerja iklas, kerja tuntas) dengan cara 4K (komunikatif, koordinatif, konsolidatif dan konstruktif) yang KNPI (kreatif, normatif, produktif dan inovatif) perlu terus diupayakan, MULAI MO-LIMO (mulai dari sekarang, mulai diri sendiri, mulai dari yang sederhana, mulai dari tempat kita dan mulai dengan yang ada) agar revitalisasi pertanian benar-benar mempunyai kenyamanan hidup yang berkelanjutan bagi lingkungan dan seluruh kehidupan di bumi ini.
Keberhasilan demplot skala kecil agar mampu perluas dalam program nasional yang lebih luas, memerlukan kesiapan dan penyempurnaan berjenjang secara vertical dan horizontal, dengan mempertimbangkan local wisdom. Perlu kesiapan konsep besar, perbaikan mind set dan orientasi program, bukan berorientasi proyek, penyamaan persepsi, pemberdayaan seluruh stake holder, sesuai kebutuhan, asas bermanfaat, dari hulu hingga hilir, dengan indikator kinerja, monev internal dan eksternal, tindak lanjut dan keberlanjutan program. Indikator kunci utama keberhasilan bukanlah penyelesaian pertanggungjawaban administrasi keuangan, SPJ dan kesesuaian pelaksanaan dengan SOP belaka.
Faktor penyebab kegagalan program dan scalling up utama adalah adanya kerangka pikir dan pola kerja yang kurang mendukung program berbasis kinerja, sehingga harus segera direvolosi total. Beberapa fator utama adalah: berorientasi proyek, mementingkan kepentingan dan keuntungan sesaat, individu, kelompok, kurangnya pengawasan dan indikator kinerja dsb.
VI. KERANGKA PEMBANGUNAN DESA TERPADU
Program pembangunan desa terpadu ini untuk mewujudkan pembangunan nyata ekonomi kerakyatan berbasis agroindustri dan bahari yang berwawasan lingkungan. Pengembangan wilayah harus berdasarkan potensi dasar dan peluang investasi, perlu dipacu secara optimal dengan terobosan-terobosan baru dengan tetap memperhatikan lingkungan. Pengembangan sektor potensial ini berbasis pada sektor pertanian baik pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan perikanan dan industri rumah tangga serta pariwisata.
Pemberdayaan masyarakat menjadi wajib dilakukan untuk mempercepat laju pembangunan, melalui penyuluhan dan pelatihan secara intensif dan cepat sehingga mempunyai kesiapan untuk menerima program dan investor swasta. Pengembangan pembangunan pada sektor basis merupakan faktor utama yang diharapkan dapat merangsang sektor lainnya dan dikembangkan secara besar-besaran. Seluruh pelaku pembangunan (swasta, masyarakat dan pemerintah) berlaku aktif dan harus ditunjang oleh kondisi yang stabil dan mendukung, maka perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dapat terlaksana dengan cepat dalam jangka pendek dan diharapkan aliran investasi akan masuk secara cepat. Konsekuensi adanya perubahan sosial yang akan mengubah pola hidup masyarakat, eksploitasi terhadap sumber daya alam dan adanya permainan pasar perlu disiapkan sejak dini.
Corak kultural kemasyarakatan dalam kehidupan nyata berpengaruh dalam pola peran-serta dan pola kehidupan keseharian mereka, yang mengutamakan kebersamaan dan aspek sosial kemasyarakatan lainnya. Peran serta masyarakat dalam kegiatan ekonomi pembangunan didasarkan atas kesadaran pribadi tanpa didasari oleh rasa pamrih, proses kegiatan pembangunan lebih bersifat kebersamaan dan kegotongroyongan. Berdasarkan kondisi sumber daya manusia yang ada diwilayah Kabupaten Lombok Timur, maka dalam pengembangannya diarahkan melalui: (a) Mengadakan kursus/pelatihan, (b) Pengembangan Proyek Padat Karya, (c) Membuka lapangan Usaha Baru, (d) Penyusunan kebijaksanaan kesempatan tenaga kerja dan ketenagakerjaan yang operasional sesuai dengan kondisi perwilayahan.
Program pembangunan desa melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam Lokal Berbasis Masyarakat Melalui Sistem Pertanian Siklus-Bio Terpadu Menuju Kawasan Tangguh Pangan Sehat dan Energi Terbarukan, sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan di daerah terabaikan ini. Sistem Pertanian Siklus-Bio Terpadu (Integrated Bio-cycle Farming System/ IBSF) merupakan salah satu mekanisme yang efektif dan efisien untuk mendukung proyek Kemakmuran Hijau. Program ini menerapkan teknologi aplikatif yang memberdayakan pengelolaan seluruh sumber daya alam lokal secara berkelanjutan, yang terdiri atas sumber daya lahan (tanah, air, mineral, udara, temperatur, dsb), sumber daya hayati (flora, fauna, dan manusia) dan sumber daya lingkungan (hubungan antar makluk dsb) secara optimal. Program IBFS yang dikembangkan oleh KP4 UGM pada RCE-Yogyakarta mendapatkan RCE Recognition Award dari Regional Centre of Expertise on Education for Sustainable Development, United Nations University tahun 2014.
Program yang diusulkan ini mempunyai ciri pokok konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) yang harus memperhatikan gatra peningkatan nilai ekonomi, kelestarian lingkungan, keadilan sosial dan budaya, secara sinergis, seimbang, optimal, dan tidak ego-sentris. Program dikelola dalam satu kesatuan lahan tersebut untuk mampu memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, air, oksigen, obat herbal, wisata dengan sistem rotasi dan keaneka-ragaman tanaman, sehingga biodiversitas dan siklus tanaman tetap terjaga. Siklus energi, siklus bahan organik, dan karbon, siklus air, siklus hara, siklus produksi, siklus tanaman, siklus material dan siklus uang perlu dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan pola 9R (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant, rebuild, reward) untuk mendapatkan kesejahteraan optimal bercirikan outcomes based program. Seluruh sumber daya alam tersedia bahkan yang terbengkalai, dilakukan ekplotasi pemanfaatannya sebagai komoditas agro-produksi, agro-teknologi, agro-industri, agri-bisnis dan agrowisata sehingga mempunyai nilai tambah ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.
Tujuan Umum program adalah pemberdayaan kapasitas individu, masyarakat dan institusi dalam pengelolaan sumber daya alam unggulan lokal secara efektif dan efisien untuk perbaikan sumber kehidupan dan sumber penghidupan yang bermartabat dan berkelanjutan dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim global. Tujuan secara khusus, berupa (i) Peningkatan Kapasitas Hijau (Green Capacity), untuk membangun kapasitas sumber daya lokal, provinsi, dan nasional guna mendukung strategi pembangunan rendah karbon Indonesia., (ii) Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hijau (Green Science and Knowledge) dengan memfasilitasi pengumpulan, penerapan, dan penyebaran pengetahuan yang berkaitan konsep ESD (Education for Sustanable Development) dalam pembangunan rendah karbon, yang cerdas, luas, mendalam dan futuristik secara formal, nonformal dan informal, (iii) Penerapan Pembangunan Hijau (Green Development) dengan menerapkan konsep IBFS (Integrated Bio-cycle Farming System), yang produktif, konservatif sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan¸ ramah lingkungan dan berbasis pada kekuatan sosial- budaya masyarakat lokal.
Berdasarkan level capaian program, maka dibedakan level individu, masyarakat dan institusi. Level individu, berupa perbaikan pengetahuan, keterampilan dan kemandirian pribadi agar terjadi peningkatan pendapatan keluarga secara langsung. Level masyarakat, berupa memperbaiki nilai-nilai empati, kepedulian, kepekaan terhadap kepentingan bersama, terutama nilai-nilai sosial masyarakat lokal. Level institusi, berupa peningkatan kapasitas lokal dan nasional dalam pembangunan berkelanjutan rendah karbon yang mendasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutanyang cerdas, luas, mendalam dan futuristik. Pendekatan program dilakukan dengan (i) Inter/multi-disciplinary, (ii) Multi-sectoral, (iii) Integrated & Comprehensive, (iv) Community Resource-Based, (v) Research-based Technology, (vi) Landscape Ecological Management, (vii) Need-based, (viii) Inclusive Development, (ix) Value chain-oriented, (x) Multi media/ICT utilization
.Keluaran yang diharapkan dalam program pembangunan desa terpadu, adalah: (a) Teknologi, metode, dan pendekatan: Penyempurnaan teknologi tepat guna berupa sistem pertanian siklus-bio terpadu melalui pendekatan konsep ESD (Education for sustainable development) pemberdayaan sumber daya alam ungulan lokal terabaikan secara bermartabat dan berkelanjutan, yang memberi nilai tambah ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya masyarakat. (b) Peraturan dan nilai masyarakat : Terbentuknya peraturan tertulis yang mengadopsi nilai-nilai masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya alam lokal dalam mitigasi perubahan iklim global. (c) Kewirausahaan: Timbulnya jiwa kewirausahaan berbasis masyarakat (socio-entrepreneurship) dengan memberdayakan potensi unggulan alam lokal yang terbengkelai menjadi komoditas industri dan perdagangan masyakat sehingga memperbaiki sumber kehidupan dan menjadi sumber penghidupan
Dampak program yang dapat diharapkan adalah: (a) Nilai Ekonomi program: melalui peningkatan nilai ekonomi produk yang dihasilkan untuk mendongkrak pendapatan keluarga, (b) Jaringan: Terbentuknya jaringan ABCG (academic, bussiness, community, government) dalam pengelolaan sumber daya alam hayati local, (c) Perbaikan kapasitas: Perbaikan kapasitas lokal, nasional dalam pemberdayaan pengelolaan sumber daya alam terabaikan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan rendah karbon, (d) Tata nilai sosial : Tumbuhnya kesadaran dan tata nilai luhur dalam masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan kehidupan bermartabat dan berkelanjutan, dalam mitigasi perubahan iklim global, (e) Kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan taraf hidup yang semakin bermartabat dan berkelanjutan
VII. DESAIN PEMBANGUNAN DESA MELALUI PERTANIAN TERPADU
7.1. PENINGKATAN KAPASITAS HIJAU (Green Capacity Building), untuk memastikan peningkatan keterampilan tenaga kerja yang berwawasan lingkungan dan keahlian terkait lainnya, peningkatan kapasitas, bantuan teknis, serta pelatihan kerja dan profesi yang mencerminkan pentingnya menjalankan proyek dengan tata cara ramah lingkungan.
7.1.1. Pengembangan “SDM HIJAU” melalui revolusi mental dengan pengembangan sumber daya manusia mandiri dan peningkatan kemampuan manajemen, teknis dan keuangan melalui pelatihan, pendampingan, pemberdayaan para pelaku di lapangan. Implementasi konsep ESD dengan menyisipkan wawasan dan konsep cerdas, luas, mendalam dan futuristik tentang lingkungan global dengan memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang (utamanya generasi mendatang) untuk berkontribusi lebih nyata bagi pengembangan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan. Program menggarap ketiga area peningkatan keterampilan kerja (pekerjaan baru, keahlian baru atau keahlian yang telah ada) dengan memberdayakan sumber daya lokal yang tersedia dengan memperkaya inovasi yang telah, sedang dan akan dikembangkan selama program untuk memenuhi tujuan Proyek Kemakmuran Hijau dan Pengetahuan Hijau.
7.1.2. Pendampingan oleh ‘BRIGADE KEMAKMURAN HIJAU’ yang dikoordinir oleh Koordinator Unit dan Koordinator Bidang secara profesional, melibatkan gabungan tim dari mahasiswa KKN PPM UGM, Relawan, TNI-AD, Penyuluh Lapangan, Pemuka Masyarakat, Guru, Mahasiswa Pecinta Lingkungan dan Tenaga Lapangan secara intensif, terpadu dan berkelanjutan dalam pemulihan sumber daya alam
7.1.3. Pengembangan “EKONOMI & USAHA HIJAU” yakni pengembangan sumber penghasilan keluarga melalui program produktif konservatif dan industri kreatif berbasis sumber daya lokal unggulan terpadu dan menyeluruh, sejak hulu sampai hilir. Pemanfaatan sumber daya alam lokal terabaikan seperti limbah juga menjadi modal dan investasi kreatif dalam industri dan perdagangan sebagai sumber kehidupan dan sumber penghidupan masyarakat.
7.1.4. Pengelolaan “MANAJEMEN & ORGANISASI HIJAU’ guna penguatan pemberdayaan masyarakat dan institusi, melalui pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam berbasis kearifan lokal dan “landscape ecological management” melibatkan masyarakat lokal terpinggirkan, kelompok perempuan, kelompok pemuda dan siswa SMP, dengan fasilitasi kebun bibit desa dan sekolah, kader lingkungan dsb. Organisasi hijau meliputi penguatan kelembagaan, modal usaha mikro, promosi, perbaikan kemasan produk dan perluasan pemasaran maupun sumber pembiayaan untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan berbasis sumber daya lokal
7.2. PEMBANGUNAN HIJAU (Green Development), dilakukan dengan penyempurnaan dan penerapan konsep IBFS.
7.2.1. Inovasi “PERTANIAN TERPADU” melalui penerapan konsep IBFS (Integrated Bio-cycles Farming System) yang terdiri atas pengelolaan tanaman (Integrated Crop Management), lengas (Integrated Moisture Management), unsur hara (Integrated Nutrient Management), hama penyakit terpadu (Integrated Pest Management), dari hulu ke hilir melalui 5A (Agro-produksi, agro-teknologi, agro-industri, agro-bisnis, agro-wisata) dalam pemberdayaan sumber daya alam yang terpadu dan berkelanjutan untuk peningkatan produktivitas lahan secara konservatif berbasis masyarakat. Dalam satu kesatuan kawasan lahan mampu memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, air, oksigen, obat herbal, wisata dan lainnya. Agro-produksi melalui pengelolaan kawasan lahan bersama dengan inovasi dalam pertanian terpadu unggulan dengan mensinergiskan bidang pertanian, peternakan, kehutanan, kedokteran hewan, teknologi pertanian, secara terpadu dan menyeluruh dari hulu sampai hilir. Agrobisnis melalui pengelolaan bisnis terpdu agar dapat berperan secara modern, tidak terjebak dalam sistem tradisional yang bersifat subsistem dan menjadikan pelakunya lebih sejahtera, bukan sebagai perahan sektor ekonomi lain. Agroteknologi melalui teknologi tepat guna dan bioteknologi yang sesuai, akan terjadi revolusi baru di bidang pemenuhan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Agroindustri melalui penghiliran produk pertanian agar fluktuasi musim panen pertanian yang sangat merugikan masyarakat pertanian dapat ditingkatkan menjadi komoditas prioritas karena merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh seluruh makluk hidup di bumi ini. Agrowisata melalui wisata pendidikan agar setiap makluk hidup mampu menikmati dan berkontribusi nyata dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan perbaikan lingkungan hidup.
7.2.2. Revitalisasi “ENERGI HIJAU” melalui rehabilitasi energi mandiri biomassa biogas dengan memanfaatkan sampah utrien berupa kotoran ternak, limbah pertanian dan limbah utrien lain dalam instalasi biogas dengan berbagai tipe dome, utrient, pipa dan material utri.
7.2.3. Pengembangan “PUPUK HIJAU” melalui pembuatan kompos dan pemanfaatan bahan organik sebagai sumber nutrien untuk meningkatkan produktivitas dan rehabilitasi lahan
7.2.4. Pengembangan ‘TABUNGAN & BEASISWA HIJAU” melalui pembudidayaan hewan dan tanaman untuk dana pendidikan, beasiswa anak dan kader hijau berupa penanaman tanaman cepat tumbuh dan hewan ternak sebagai biaya sekolah siswa
7.2.5. Fasilitasi ‘INFRASTRUKTUR HIJAU” berupa pondok hijau, kebun bibit desa/sekolah, lahan konservatif produktif, ruang pertemuan hijau dsb
7.3. PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN HIJAU (Green Science and Knowledge) untuk mendukung Kegiatan Pengetahuan Hijau dan Proyek Kemakmuran Hijau dengan memfasilitasi pengumpulan, penerapan, dan penyebaran pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan rendah karbon.
7.3.1. Survei, inventarisasi, analisis data, pemetaan dan sistem informasi dalam data base sumber daya alam dalam ‘SISTEM INFORMASI HIJAU’ secara terpadu
7.3.2. Penelitian applicative-collaborative, innovative-inventive, serta multi-, inter-, intra-disipliner dengan tema ‘PENELITIAN & PENGABDIAN HIJAU’ di bidang sumber daya alam lokal oleh peneliti handal dari Perguruan tinggi dan badan litbang yang didukung oleh mahasiswa-mahasiswi S1, S2, dan S3.
7.3.3. Pengembangan “PUBLIKASI & KOMUNIKASI HIJAU’ melalui pelatihan, in house dan field training, workshop, FGD, tele-konferensi, seminar, publikasi seminar dan jurnal nasional-internasional dan peningkatan ketrampilan masyarakat rentan dan tepinggirkan, maupun penyebaran hasil program dan penelitian. Pengembangan sistem informasi strategik dan penyebaran informasi secara terpadu bidang sumber daya lahan, hayati dan lingkungan, melalui sistem teknologi online “google drive’, web, media elektronik, media virtual, media cetak, leaflet, booklet, media sosial, buku, buletin, lomba penulisan pengetahuan hijau dsb. Pengembangan jaringan hijau antar ABCG (Academic/ sivitas akademika terdiri dari Perguruan Tinggi,. Litbang Kementrian dsb, Bussines/ swasta terdiri dari Bank, pengusaha, toko dsb; Community/ masyarakat terdiri dari LSM, Kelompok Tani, Pemuka masyarakat, siswa SMP-SMA dsb, Government/ pemerintah terdiri dari pemerintah daerah, SKPD Kementerian terkait dsb) yang lebih intensif dalam pengelolaan sumber daya alam yang terpadu dan berkelanjutan.
7.3.4. Pengembangan MANAJEMEN PENGETAHUAN (MP) dilakukan secara berkelanjutan melaksanakan transfer informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk sama-sama diimplementasikan dan dikembangkan selama program. Penyebaran hasil program ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas internal dalam menghadapi inovasi dan tuntutan ekternal (stakeholders), yakni salah satunya wujud pertanggungjawaban kredibilitas program kepada masyarakat. Keseluruhan sumber daya, proses dan hasil pelaksanaan program, baik proses manajemen, SDM, teknologi informasi dan komunikasi, merupakan modal dalam berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman hingga akhirnya manajemen pengetahuan tercapai dan menjadi budaya dalam setiap program. Sehingga menempatkan diri menuju pembelajaran yang terarah, berkelanjutan dan refleksitas serta mengajak setiap program untuk memiliki lesson learned dan best practice. Manajemen Pengetahuan program PSDABM ini dikelola sesuai dengan pendapat Melcalfe (2006) yang berpendapat bahwa praktek MP mewujudkan interaksi antara Manusia-Proses-Teknologi. Ketiganya merupakan bagian integral program yang berjuang untuk menciptakan database dalam memenuhi informasi dan pengetahuan. Pertama, Manusia yang “tahu” tentang institusi sehingga individu yang memegang kendali mengelola kebijakan, prioritas, informasi, pengetahuan dan keputusan untuk kemudian diimplementasikan dalam database. Setiap individu berbagi informasi dan memenuhi kolektif data institusi. Kedua, Proses praktek strategi MP [a] membantu mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, [b] memudahkan dan memungkinkan setiap orang memperoleh informasi yang mereka butuhkan, [c] mendorong setiap orang untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Sekumpulan informasi tersebut dijadikan sebagai dasar dalam menerbitkan keputusan program. Dari kondisi ini, program dapat menyaksikan dan memahami kondisi riil institusi (transfaran), sehingga manajemen terbuka melakukan refleksi untuk perubahan dan perbaikan. Kondisi ini juga mendorong setiap orang terlibat dalam proses perubahan dan mengembangan pembelajaran dalam institusi. Ketiga, Trend teknologi sebagai sumber daya penting sebagai sarana MP. Pengaruh teknologi tidak bisa dilepaskan di zaman globalisasi ini. Teknologi secara proporsional dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memajukan MP. Dengan demikian MP dapat terwujud atas kombinasi dan kerjasama antara Kumpulan Individu-Proses-Teknologi. MP digunakan sebagai ungkapan dalam menggambarkan peran teknologi mengelola data program yang terwujud dalam sistem informasi.
7.3.5. KISS ME (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Sinergisme, Monitoring dan Evaluasi) akan dilakukan melalui:
a) Rapat koordinasi dan konsolidasi rutin antara tim pelaksana dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat
b) Integrasi kegiatan dan kebijakan berdasarkan data base
c) Sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan lapangan berdasarkan data base termutakhir
d) Sinergisme program internal dan eksternal agar lebih mempunyai daya ungkit mencapai hasil kinerja optimal
e) Monitoring pelaksanaan kegiatan di lapangan oleh tim internal maupun eksternal (secara aktual maupun virtual). Kegiatan monitoring dilakukan dengan mengamati secara seksama terhadap keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan program, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tujuan Monitoring ini untuk mengamati/ mengetahui perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan permasalahan serta antisipasinya/ upaya pemecahannya.
f) Evalusi oleh tim internal maupun eksternal (secara aktual maupun virtual). Evaluasi program bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan, melalui kajian terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan selanjutnya. Bentuk evaluasi berupa pengkajian terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi.
g) Pelaporan tertulis dan lesan.
h) Perbaikan dan tindak lanjut kegiatan untuk peningkatan mutu berkelanjutan
i) Indikator kinerja diukur dari input, proses dan output pelaksanaan program tersebut yang meliputi: tata waktu, tata keuangan, input program, penyelenggaraan program, proses pelaksanaan, ketercapaian target program, ketepatan rencana dan pelaksanaan, produk program dsb.
KESIMPULAN
Perlu revolusi total dalam pembangunan desa secara terpadu dan menyeluruh untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan energi yang bermartabat dan berkelanjutan, dengan program berbasis kinerja, dengan indikator perbaikan input, proses, output dan outcomes, yang terpadu, menyeluruh, tidak egosentris, dapat dirasakan secara nyata berupa kesejahteraan bersama, bermartabat dan berkelanjutan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosbud.
Diperlukan strong strategic, strong leadership, strong regulation, strong implementation, strong commitment, strong participation untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang mampu mendukung lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.
Pemberdayaan sumber daya lahan (tanah, air, mineral, udara, dsb), sumber daya hayati (binatang, tumbuhan, manusia, dan makluk hidup lain), serta sumber daya lingkungan (interaksi antar makluk),.maupun 6M (man, money, material, machine, method, management) secara sinergis dan optimal agar seluruh stake holder mempunyai kemampuan, kemauan, kesempatan dan kewenangan untuk berkontribusi nyata dan mendapatkan manfaat optimal.
Peluang pembangunan desa terpadu untuk kedaulatan pangan dan energi sangat potensial untuk dicapai melalui program terpadu dan menyeluruh dengan ekstensifikasi pertanian, intensifikasi pertanian, diversifikasi pangan, revitalisasi industri pasca panen & pengolahan pangan, revitalisasi & restrukturisasi kelembagaan pangan, dan kebijakan makro. Lingkup keamanan pangan terdiri atas: infrastruktur, kelembagaan, sistem pengawasan, sistem manajemen, data dan indikator keberhasilan program keamanan pangan. Adanya impor pangan, harus mampu menjadi trigger pasar yang telah terbentuk di negeri sendiri untuk diproduksi sendiri bahkan, sehingga tidak tergantung lagi kepada dunia luar yang sebenarnya mempunyai sumber daya alam yang lebih rendah.
Perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja iklas, kerjasama, membangun dalam jaringan ABCG yang harmonis dan sinergis, dengan kekuatan, kecepatan, dan komitmen penuh untuk kepentingan dan kesejateraan bersama.
Program revolusi desa untuk kedaulatan pangan dan energi bahan organik terbarukan dan berkelanjutan sangat penting untuk segera diimplementasikan, untuk menjaga dan menciptakan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan, namun diperlukan penyempurnaan radikal sehingga formulasinya harus lebih cerdas, luas, mendalam, futuristik, mempunyai roh EfSD, terstruktur, konsisten, kompak, menyeluruh, harmonis, utuh dan bercirikan outcomes based program.
IBFS memungkinkan pemenuhan pendapatan harian, bulanan, tahunan dan dekade, untuk jangka pendek, menengah dan panjang. IBFS penting bagi petani dengan modal kecil, menengah dan besar, dan memiliki prospek yang baik untuk berkelanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya. Pelaksanaan program revolusi desa dalam pembangunan desa secara terpadu dan menyeluruh diharapkan mampu menjadi daya ungkit sebagai lokomotif kesejahteraan rakyat dengan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
– Agus, C. Sunarminto, B.H., Suhartanto, B., Pertiwiningrum, A., Setiawan, I. Wiratni and Pudjowadi, D. 2011. Integrated Bio-cycles Farming Ssystem for production of Bio-gas through GAMA DIGESTER, GAMA PURIFICATION AND GAMA COMPRESSING. Journal of Japan Institute of Energy 90 (11) : 1086-1090.
– Agus, C., Sari, E., Wibowo, N.A., Sasongko, A.B., Wulandari,D. and H H. Nurjanto. 2014. Organic Waste in Integrated Farming as a Source of Renewable Energy of Gama Bio-hydrogen by bacteria of Enterobacter aerogenes. Presenting paper at The Grand Renewable Energy 2014 (GRE2014) International Conference, 27 July – 1 August, 2014 at Tokyo Big Sight, Tokyo, Japan.
– Agus, C. 2012. Pengelolaan Bahan Organik: Peran dalam Kehidupan dan Lingkungan. KP4 dan BPFE UGM Press. Yogyakarta. 230 pp.
– Anonim, 2014. Earth Hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_Hour akses 30 September 2014.
– BPS. 2014. Berita Resmi Statistik. No. 71/10/Th. XVII, 1 Oktober 2014
– Chan, G,L. 2006. Integrated Farming System. http://www.scizerinm.org/ chanarticle.html. Access 5 September 2014.
– International Federation of Organic Agriculture Movements, IFOAM. 1998. Basic standards for organic production and processing. IFOAM. Tholey-Theley. Germany.
– Koepf, H.H., Pettersson, B.D., and Schaumann, W. 1976. Biodynamic Agriculture. Anthroposophic Press. Spring Valley, New York.
– Stockdale, E.A. and W.R. Cookson. 2003. Sustainable farming systems and their impact on soil biological fertility-some case studies. In Abbott, L.K. and Murphy, D.V. (eds). 2003. Soil biological fertility. A key to sustainable land use in agriculture. Kluwer Ac. Pub. Dordrecht. Pp. 225-239.