TRAGEDI AIR KEHIDUPAN
Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus
World Water Week dengan tema Water for Development ditandai dengan kekeringan dan suhu panas dunia. Gejala El Nino 2015 diperkirakan akan memberikan konsekuensi dan dampak yang lebih parah ke semua kawasan di bumi ini. Kemarau panjang, bencana kekeringan, kurang air dan suhu panas juga diperkirakan akan dirasakan di kawasan Indonesia bagian tengah dan timur sampai akhir tahun ini. El Nino tahun 1997/1998 telah mengakibatkan kehilangan separoh curah hujan tahunan, mengakibatkan tragedi lingkungan dan kehidupan yang menyedihkan. Laporan the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) tanggal 13 Agustus 2015 menyebutkan bahwa 90% potensi El Nino akan terus berlangsung di belahan bumi utara sampai pada musim dingin, bahkan sampai awal musim semi 2016.
Tujuh rekor kerusakan lingkungan bumi terburuk telah tercatat dalam laporan “State of the Climate in 2014” oleh NOOA pada tanggal 14 Juli 2015. Pertama, rekor suhu terpanas di seluruh dunia, bahkan, meskipun masih diragukan banyak pihak, pakar cuaca AR Moh Al-Khamdi memperkirakan suhu udara di sebagian besar wilayah Arab Saudi di puncak musim panas 2015 ini, bisa mencapai 65oC. Kedua, rekor peningkatan gas rumah kaca, termasuk karbon dioksida, metana dan dinitrogen oksida, di atas 400 ppm.
Ketiga, rekor peningkatan suhu permukaan laut global, telah mendorong munculnya badai angin sebanyak 91 siklon tropis. Keempat, rekor peningkatan suhu lautan luas, karena karena menyerap 90 persen efek rumah kaca. Kelima, rekor kenaikan permukaan laut mencapai 67 milimeter, Keenam, rekor percepatan 90% mulainya pencairan pulau es abadi Pulau Greenland. Ketujuh, rekor perluasan kawasan laut yang tertutup es di Antartika di belahan bumi selatan .
Air merupakan sumber kehidupan vital bagi seluruh makluk hidup di bumi ini, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Bahkan, hakekat air adalah kehidupan itu sendiri. Tanpa air, makluk hidup akan mati. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), meskipun jumlah air di bumi adalah kira-kira 1,4 triliun km3, namun hanya sebagian kecil (0,003%) pada lapisan permukaan bumi saja yang dapat benar-benar dimanfaatkan. Sebagian besar air, berada dalam samudera, lapisan kutub atau di bawah tanah sangat dalam, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara langsung. Kebutuhan air standar bagi manusia untuk hidup layak adalah sebanyak 1975 m3/kapita/tahun, namun saat ini baru bisa menyediakan 54 m3/kapita/tahun.
Jumlah air hujan dalam siklus air bumi yang masuk dalam zone kehidupan makluk hidup relatif sangat kecil dan terbatas, namun sekarang digelontorkan begitu saja ke lautan. Permukaan tanah dan hutan yang mampu berfungsi sebagai instalasi air raksasa bumi pada zona resapan air bumi telah dirusak oleh manusia sendiri. Padahal jumlah penduduk dunia yang mengkonsumsi air kehdupan meningkat drastis. Menurut Badan Kependudukan PBB, penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa pada 1999, meningkat mencapai 7 miliar jiwa tahun 2012, dan akan menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025. Laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di negara-negara berkembang.
Kampanye dan praktek hemat air, agar efisien dan efektif untuk kehidupan berkelanjutan, perlu digalakkan. Esploitasi sumber daya air berlebihan pada sumber daya air yang sedang mengalami krisis dengan solusi pintas berupa penyeboran, justru merusak siklus dan keseimbangan air kehidupan. Perlu upaya meningkatkan kemampuan serapan air tanah agar terbangun lingkungan dan kehidupan yang lebih bermartabat dan berkelanjutan. Memanen dan meresapkan ari hujan sebagai sumber dari air kehidupan, harus dikontribusikan secara nyata oleh seluruh individu perorangan/ berkelompok/ pemerintah,. Dengan mengembangkan biopori, sumur resapan, tandon air, embung, telaga, danau, waduk, bendungan, pembukaan pori tanah, penanaman pohon, pembangunan hutan sebagai permadani hijau dalam lapisan kulit bumi, merupakan kontribusi nyata untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air kehidupan.
.
Informasi Penulis:
Prof. Dr. Cahyono Agus
– Guru Besar UGM Yogyakarta dan Ketua GNI DIY-Jateng
– HP: 081 5688 8041
– Email: acahyono@ugm.ac.id
– Web: acahyono.staff.ugm.ac.id