HANGATNYA BIBIR PASIFIK (Catatan harian seorang DPL) Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

HANGATNYA BIBIR PASIFIK
(Catatan harian seorang DPL)

Pesawat perintis dengan penumpang 9 orang yang kunaiki akhirnya mendarat mulus di landasan Morotai, di perbatasan Samudera Pasific. Perjalanan panjang sejak semalam, akhirnya berakhir. Meski batuk masih ngikil, penat, musmet dan barusan pulang dari Manokwari 2 hari yang lalu, aq tetep cemungut datang lagi ke Morotai.
“Mbok yo leren…” berkali2 saran tersebut terdengar karena kondisiku yang sedang drop.
“Dibayar piro tow, kok le ngudung..”. Ternyata tidak semua mengerti korsa pengabdian DPL, sehingga selalu mengkaitkan dengan nilai uang.

Sebagai DPL KKN UGM Unit Kepulauan Morotai, Maluku Utara, siang ini dijadwalkan untuk pamitan dan presentasi hasil pelaksanaan KKN mahasiswa UGM yang telah berlangsung selama 2 bulan, di kantor bupati. Mahasiswa dengan piawainya menyampaikan permasalahan dan solusi yang telah dikerjakan bersama masyarakat, lengkap dengan foto2 yang menunjukkan kerja cerdas, kerja keras, kerja sama n kerja iklas mereka. Satu tim berjuang di Koloray di pulau kecil bercirikan nelayan, sedangkan tim lain di desa transmigrasi Poporoco SP3 di pegunungan terpencil. Akses keduanya agak sulit, karena harus gunakan sarana kapal laut, satunya harus dengan kendaraaguy n lapangan. Untungnya, Komandan LANAL Morotai, Letkol Iwan, yang kelahiran Yogya, banyak membantu dengan menyediakan truk tentara dan speedboat serta personilnya.
“Kami siap membantu, karena KKN di perbatasan sangat penting bagi kita” tegas perwira menengah dengan gaya tentara sekaligus Yogya.
Kepala Badan Perbatasan yang ketua Kagama, P Thoni, sudah pasti banyak membantu secara nyata program mahasiswa di wilayah kekuasaannya.
“Mereka juga anak2 saya, jadi saya harus bantu sepenuhnya” ujarnya saat aq koordinasi yang pertama dulu.

Banyak program spektrakuler, yang meski hal kecil, namun merupakan kinerja kunci obat totok darah akibat sumbatan birokrasi. Meski hanya 2 bulan, ternyata mahasiswa sudah mampu mengembangkan outcomes based program. Kata kunci yang aqu tekankan kepada mahasiswa sebelum berangkat, untuk menemukenali mutiara unggulan dan mengungkap surga yang tersembunyi di bibir Samudera Pasifik ini, telah dapat diungkap

Plh Bupati P Ramli Yaman dan jajarannya sangat apresiasi dengan kinerja mahasiswa, langsung memerintahkan jajarannya untuk menindak lanjuti. Abrasi pantai di pulau Koloray telah coba diatasi mahasiswa dengan program lingkungan hidup berupa penanaman cemara udang. Oleh Plh Bupati dan KaBapeda akan dtindak lanjuti dengan talud dan pagar hidup mengelilingi pulau. Ketika hal itu aq sampaikan kepada Kepala Desa Koloray yang tadi berbondong2 bersama warganya kesini, nampak senang n bangga.

Saat bimbingan lapangan sebulan sebelumnya, bersama mahasiswa mencoba mengurai program listrik desa yang macet di desa transmigrasi SP3 Poporoco, sejak 2013. Ketika menunggu di ruang tamu bupati, aq sempat baca berita di koran daerah, bahwa akan ditindak lanjuti oleh Distamben agar tahun depan sudah tersalur aliran listrik ke 30 rumah penduduk secara gratis. Kebetulan, minggu lalu. Aq sempat ke lapangan bersama Direktur dari Kementrian Desa dan Transmigrasi, P Priyadi, yang berjanji membantu mengkoordinasikan dengan pihak terkait dan mempercepat pembangunan desa binaan ini.

Selesai pemaparan dan diskusi hasil KKN UGM, mahasiswa diajak makan2 di rumah makan ‘termewah’ di kabupaten yang baru dimekarkan selama 6 tahun itu. Tentu saja masih sangat sederhana untuk ukuran kota.Namun, mahasiswi ada yang lapor “Pak, kami gak bisa ikut karena masyarakat Koloray datang berbondong2 dengan 2 kapal”.
Aq pamitkan ke pak Plh Bupati, tapi tetep diminta ikut. Apalagi mahasiswa tidak punya kendaraan untuk pulang.
“Ya udah, ikut makan segera, terus nanti minta diantar ke resort” ungkapku.

Aq menyusul pulang dengan diantar bu Asek I ke resort. Saat transit di kota, mahasiswa KKN selalu “ditampung” di resort D’Aloha, resort mewah milik PT Jababeka, yang akan mengembangkan kawasan terpadu di Morotai. “Kalo diuangkan, berapa nilai kontribusi Jababeka ke KKN ya” tanyaku pada Kormanit pada kunjungan yang pertama dulu
“Wah bisa sampai ratusan juta pak. Soalny 26 mahasiswa sering nginap, makan dan diantar gratis. Padahal 1 kamar harganya ada yang 1,2 juta semalam” jawab Fajar.
Sejak awal, kantor pusat di Jakarta sudah menunjukkan komitmen yang tinggi untuk membantu KKN di Morotai. P Nizar, Manajer PT Jababeka Morotai, selalu menyambut hangat dan aktif menyediakan segala kebutuhan anak2 KKN. Banyak jaringan penting di Morotai ini difasilitasi oleh P Nizar.
“Silahkan nikmati fasilitas disini dengan happy n enjoy. Sampaikan pada dunia, agar mereka tertarik kesini” ujarnya.

Di pantai resort terlihat banyak kerumunan, sekitar 100 orang warga Koloray. Aq salami satu persatu, ada anak2, remaja, ibu2 maupun bapak2.
“Koloray kosong karena warga berbondong2 ingin ketemu KKN” ujar mahasiswa. “Padahal baru 2 hari lalu kita adakan pesta perpisahan di pulau seberang” lanjutnya.
Mereka membawa bekal ikan tangkapan dan berbagai makanan maupun minuman, lengkap dengan ubo rampe lainnya. Tenda oranye digelar untuk tempat pesta.

Beberapa ibu bersautan memberitahu saat bersalaman bahwa tadi memasak ikan segar dan dabu2 khusus untuk makan2 bersama KKN.
“Ikan ini biasanya ada di kedalaman 30 m, sehingga harus dipancing atau dengan alat modern. Namun tadi dengan jaring bisa ditangkap dengan kedalaman hanya 4 m” ujar pak Kades.
Ibu2 pun juga menimpali “Memang sudah rejekinya KKN, ikannya bisa ditangkap mudah”
“Iya, dah jodohnya perut kita……” ujar mahasiswi yang KKN di pegunungan, yang sangat langka bisa makan ikan. Sambil mengambil ikan besar dan ditaruh diatas piringnya, mulut n ekor ikan jadi mentiung karena saking besarnya. Ketika mahasiswa lain pada riuh melihatnya, maka dengan pedenya, malah mulutnya menganga lebar seakan mau menyantap ikan tersebut sekaligus..

“Ini dabu2 mentah…” ujar pak Kades. “biasanya dimakan bersama ikan asap”
Aq segera mencicipi masakan khas tersebut, karena sudah beberapa kali sebelumnya pingin rasakan dabu2, tapi selalu habis.
‘Wah, kok kecut ya’ batinku. Tapi ya habis banyak dan kenyang. Aq cicipi juga sagu dan jenis ikan yang lain.
“Kalo yang ini dabu2 matang, dimakan dengan ikan goreng” ujar anak2 KKN.
Meski dah super kenyang, aq tetep mencoba tes organoleptik. Ternyata lebih enak dan cocok dengan lidahku.
Pesta dabu2 bersama warga Koloray berlangsung sampai matahari terbenam. Kormanit memecah susana riuh pesta dengan menyampaikan pengumuman. Anak2 KKN Poporoco spontanitas menyanyikan lagu2 yang khusus dicipta untuk memuja dan mengenang Morotai. Warga tepuk tangan dan riuh menimpali. Kreativitas dan inovasi mahasiswa selalu muncul dengan segala keterbatasannya di tempat sepinya.
Setelah sedikit reda, tiba2 mobil mendekat n menyetel lagu dengan sound system yang membana di seluruh pantai. Setelah itu, ibu2 dan anak2 mulai menari2 mengikuti irama musik. Aq ikut terhanyut megal megol di tempat sambil berdiri. Tapi akhirnya ikut menari2. Lagu dan gerakan poco poco menyatukan gerak kesetanan bersama warga dan mahasiswa di pasir putih itu.
“Wah, kalo jogetan Bapak seperti itu, dah jadi Master disini” kata mahasiswa.
Meski gembrobyos kotos kotos, keringat bercucuran, tak menyurutkan pesta rakyat spontan ini. Udara panas di bibir Pasifik makin membarakan tarian baronggengan menjadi perhelatan berkesan.
“Biasanya bisa sampai pagi nari2 baronggengan seperti ini” timpal mahasiswa.

Warga Poporoco pulang sambil menangis berpelukan. Anak2 kecil yang sejak datang selalu bergelayutan pada mbak2 mahasiswi, gak mau pulang dan ingin nginap tidur bersama KKN.
P Kades dan beberapa tetua kampung meminta ijin kepadaqu” besok anak KKN akan kita ajak ke Kolorai lagi, akan langsung kita antar ke pelabuhan”
“Pak, besok Rabu,warga Poporoco juga mau berbondong2 turun mengantar kepulangan KKN” lapor mahasiswa.
Betapa dekatnya KKN UGM dengan warga binaan di perbatasan bibir Samudera ini.

Saat pamitan ke LANAL Morotai, kebetulan ada tamu Kol. Rudwan Thalib yang bertugas untuk pengawasan dan pemeriksaan dari Surabaya. Ternyata kemarin satu pesawat. Beliau heran kok mahasiswa KKN dan koordinasinya dengan AL. KKN di kepulauan perbatasan memang mengharuskan turun tangan AL. Mahasiswa pernah naik kapal nelayan menuju lokasi KKN di Pulau Koloray namun kehabisan BBM, sehingga terombang ambing di tengah laut menuju Samudera Pasifik. Untung masih dapat sinyal, sehingga bisa menghubungi DanLANAL, untuk dapat dievakuasi. Truk AL juga lah yang membantu mengangkut logistik ke lokasi Poporoco di pegunungan terpencil.

Akhirnya KKN bisa koordinasi dg Letkol Andi, yang baru sebulan menjabat DanLanud Morotai. Dulu KKN sempat koordinasi dg Mabes AU Cilangkap untuk transportasi mahasiswa n peralatan, ke dan dari Morotai. Koordinasi informal sudah fix menyesuaikan jadwal Hercules ke Morotai. Namun ketika minta surat pengantar ke UGM, justru dibuka pendaftaran pinjaman Hercules untuk seluruh tujuan KKN, tanpa koordinasi tujuan, jadwal dan sinergisme dg TNI AU. Akhirnya permohonanan malah ditolak Panglima TNI. Jaringan lama dengan TNI AU kita buka lagi, akhirnya bisa diperbolehkan beberapa mahasiswa KKN dan barang2 bisa ikut Hercules ke Morotai sesuai jadwal 7 Juli 2015. Namun karena ada kecelakaan Hercules di Medan, maka penerbangan terpaksa dijadwal ulang. Mahasiswa jadi berangkat dengan pesawat komersial bersama yang lain. Tadi dikoordinasikan agar buku2 pelajaran untuk anak2 SD yang masih tertinggal tetep dapat diangkut dengan Hercules secepatnya. Danlanud berjanji membantu sepenuhnya periode KKN selanjutnya, agar bisa gunakan transportasi Hercules TNI AU. Kormanit Fajar, Putu, Faqih dan Fadhil yang merupakan tulang punggung KKN kali ini ingin mengawal dan memfasilitasi KKN selanjutnya.

Sebelum makan malam, sempat diskusi dengan Klub Diving “Dive Morotai” lagi. Beberapa kali KKN berkoordinasi untuk membuat video dan bahan promosi. Peninggalan sejarah penting masa Perang Dunia II yang terkubur di dasar dan bibir Samudera Pasifik merupakan Mutiara Hitam unggulan di surga yang masih tersembunyi.
“Konsep edu-tainment dalam menyampaikan info dan potensi unggulan lokal harus dilakukan”. “Hiu karang yang jinak, terumbu karang, pantai perawan, peninggalan perang PD II di lautan Morotai harus dibuat menjadi lebih menarik dan menggugah dunia, untuk datang dan menikmati secara langsung” pesanku.
Pengalaman nyata ikut berperan aktif sebagai artis dalam beberapa film layar lebar, FTV, film dokumenter, iklan elektronik, maupun panggung yang sempat aq jalani cukup memberikan makna edu-tainment.

Setelah makan malam prasmanan mewah yang disediakan Jababeka, mahasiswa kembali aq pompa koordinasikan, agar mutiara2 unggulan berupa spirit di surga yang tersembunyi di bibir Pasifik dapat tertransferkan ke seluruh dunia. Seluruh mahasiswa KKN aq wajibkan membuat essay serupa untuk dijadikan cerita indah dari perbatasan.
“Semangat, emosi, rasa dan jiwa pengabdian yang masih membara ini harus disampaikan dengan indah” Media elektronik, sosial media, web, geographical channel adalah saluran menuju jendela dunia yang sangat efektif. Mestinya UGM bisa mempublikasikan suara dari perbatasan di bibir Samudera ini

Tahun 2008 lalu, aq pernah mendapat UGM Award sebagai DPL terbaik, karena 3 periode KKN mendampingi korban gempa bumi di Bantul. Aq berhasil dapatkan hibah UNDP (United Nation Development Program) sebesar 250 juta, bisa memberdayakan korban gempa mampu membangun 125 rumah sementara. Selanjutnya dengan hibah AIP (Australia-Indonesia Patnertship) sebesar 925 juta, mampu menumbuhkan kembali bisnis UMKM yang ambruk diterjang gempa. Mahasiswa KKN bukan hanya dari UGM saja tetapi beberapa periode diikuti volunter dari mahasiswa Korea. Mahasiswa bersungguh2 dan berhasil, namun hanya menjalankan program yang telah aq siapkan secara keseluruhan.

Pada KKN Morotai ini, seluruh perencanaan, jaringan, kerjasama dan inisiasi dilakukan sendiri oleh mahasiswa yang sejak awal punya spirit n semangat membara untuk berbakti di perbatasan. Aq lebih merasakan kebanggaaan n kepuasanqu sebagai pendidik sejati, karena para calon pemimpin bangsa telah mampu memformulasi dan mengimplementasikan langsung bersama masyarakat paling bawah sekalipun. Merekalah calon-calon pemimpin masa depan yang mempunyai semangat, spirit, empati, kepeduan dan memperjuangkan rakyat paling bawah…
Segala penat, sakit, deadline ilang musnah dan berganti rasa bangga dan puas merasakan ketulusan, keiklasan, keluguan, kekeluargaan, kebersamaan, dan kehangatan masyarakat dan pemerintah mengapresiasi KKN kami.

Tanpa politisasi dan kriminalisasi…..

Di bibir Samudera Pasifik ini,
Aq Rindu Kehangatanmu…

Morotai, 25 Agustus 2015

Cahyono Agus
(DPL, Kep. Morotai, Maluku Utara)