DARURAT LINGKUNGAN Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

Tahun 2016 telah diramalkan akan menjadi rekor temperatur bumi terpanas terbaru,  sebagaimana perkiraan yang dikeluarkan oleh Met Office United Kingdom. Dalam 3 tahun berturut-turut terakhir ini, rekor terpanas selalu terpecahkan, sejak  rekor baru pada tahun 2014. Ramalan datang hanya lima hari setelah 195 negara menyetujui kesepakatan bersejarah untuk melawan pemanasan global pada pertemuan puncak PBB di Paris pada Desember 2015 lalu. Untuk menjaga kenaikan suhu dunia di bawah 2oC, dengan ambisi untuk membatasi kenaikan maksimal hanya 1,5oC.

Sebelumnya, pada tahun 2014, the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mencatat 7 rekor iklim terburuk yang terpecahkan. Terdiri atas: rekor suhu terpanas,  peningkatan gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O), peningkatan suhu permukaan laut global, peningkatan suhu dalam lautan, peningkatan permukaan laut, pencairan pulau es abadi Pulau Greenland, perluasan kawasan laut es di Antartika.

Hujan salju dilaporkan turun pada Kamis, 13 Januari 2016 di padang pasir Arab Saudi yang selalu panas dan kering, jelas merupakan anomali alam yang luar biasa. Biasanya, udara dingin tidak terdorong terlalu jauh ke daerah selatan benua Eropa, yang tengah mengalami suhu yang lebih dingin. Diperkirakan, tekanan udara di sebelah utara sangat tinggi sehingga mendorong udara dingin ke Arab yang memiliki tekanan sangat rendah. Atau adanya blocking udara sehingga udara dari Eropa mengalir ke Arab Saudi.

Perubahan iklim global juga melanda Indonesia dengan kenaikan suhu berkisar 0,16-1,44 derajat celcius. Kekeringan pada saat musim hujan di beberapa tempat menyebabkan mundurnya musim tanam padi pertama tahun ini. Pranoto mongso sebagai acuan para petani sudah bergeser jauh, sehingga diperlukan kalender tanam dinamik. Perubahan iklim juga ditandai kekacauan pola iklim di tanah air. Ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan kekuatan siklon tropis, yang sebelumnya tidak melanda Indonesia. Ekor badai tropis yang semakin menguat, kini bisa mencapai Indonesia, ikut memporak porandakan permukaan bumi kita.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan bahwa bencana jenis hidrometerologi akan mendominasi bencana yang terjadi di Indonesia sepanjang 2016. Setelah terkena dampak kekeringan karena El Nino sejak tahun 2015, maka akan terjadi fenomena La Nina dengan curah hujan yang melebihi rata-rata tahunan. Curah hujan lebat akan terjadi dalam waktu singkat sehingga menjadi energi besar yang tidak mampu dimbangi oleh bumi yang sudah renta. Diperkirakan terdapat 315 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya banjir, dengan 63,7 juta jiwa yang berpotensi terdampak banjir. Selain itu, terdapat 274 kabupaten/kota yang terancam bahaya longsor.

Dengan tekanan eksternal dan internal, maka bumi telah kehilangan keseimbangan alam semesta. Eksploitasi yang melebihi daya dukungnya telah mengakibatkan bumi kerepotan untuk terus melayani lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan bagi penghuninya. Perlu disadari, bahwa bumi kita tak hanya mempunyai daya dukung yang terbatas, tetapi juga terus menyusut, sedangkan tekanan justru terus membesar. Sangat disayangkan, kita masih terus menggantungkan ego cara bertahan hidup dengan terus mengeruk bumi secara rakus dan tanpa henti, dengan kecepatan eksponensial. Menjadikan bumi semakin rusak, renta tak berdaya. Sedangkan tingkat kesadaran manusia terhadap keberlangsungan kehidupan bersama tidak juga tumbuh.

Meskipun telah merasakan dampak negatif bencana kerusakan lingkungan dan kehidupan di bumi, ternyata upaya penyelamatan dan perbaikan kondisi bumi belum juga mendapat prioritas utama. Kita masih acuh dan tak peduli terhadap nasib bumi kita, serta lebih menyalahkan dan menyerahkan kepada orang lain untuk memperbaikinya. Bencana lingkungan semakin sering terjadi setiap saat dan cepat, mengakibatkan kerugian material bahkan nyawa manusia. Menjadi tanggung jawab kita semua yang harus dikontribusikan secara nyata dalam merawat dan menyelamatkan bumi seisinya. Demi kepentingan seluruh makluk hidup dalam jagad bumi biru yang bermartabat secara berkelanjutan.

Diterbitkan pada Harian Kedalatan Rakyat, 10 Februari 2016

Informasi Penulis:

Prof. Dr. Cahyono Agus

–  Guru Besar UGM Yogyakarta dan Ketua Green Network Indonesia (GNI), wilayah DIY-Jateng

–  HP: 081 5688 8041

–  Email: acahyono@ugm.ac.id

–  Web: acahyono.staff.ugm.ac.id