Analisis: PEDULI LINGKUNGAN Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

Dalam beberapa hari ini, terdapat beberapa momen hari peringatan yang mengingatkan kita untuk peduli terhadap lingkungan hiidup. Pada tanggal 19 Maret dilaksanakan gerakan Earth Hour Sedunia pada jam 20.30-21.30 waktu setempat. Pada tanggal 21 Maret sebagai Hari Hutan Sedunia, bersamaan kedudukan matahari tepat di atas garis katulistiwa (Equinox), sedangkan tanggal 22 Maret adalah Hari Air Sedunia.

Gerakan Earth Hour berupa gerakan pemadaman lampu selama satu jam, mestinya harus ditindak lanjuti dengan tindakan serius dan dramatis menghadapi perubahan iklim dan konservasi energi. Kita harus hentikan pembakaran bumi dan melakukan penghematan energi kehidupan secara terstruktur dan menyeluruh, bukan hanya seremonial dan sesaat. Sumber daya alam untuk energi kita yang sudah sangat terbatas masih selalu diekplorasi habis-habisan untuk mendukung kehidupan kita yang masih selalu boros dan mencari nyamannya sendiri.

Hutan merupakan mesin alam raksasa penyuplai oksigen dan penyerap CO2 yang sangat vital bagi nafas kehidupan seluruh makluk hidup di bumi. Laju kerusakan ekosistem hutan yang hilang mencapai 13 juta hektar pertahunnya (seluas negara Inggris). Deforestasi hutan tropika basah di Indonesia mencapai 10-20% dari laju dunia, namun paru-paru dunia ini mempunyai fungsi dan produktivitas sebesar 10 kali lipat dibanding hutan temperate. Pori-pori tanah berhutan juga merupakan instalasi raksasa dalam memproduksi air bersih dunia. Permadani hijau ini mampu berfungsi sebagai penyaring dan penyimpan dalam siklus air bumi. Manusia modern justru telah merusak pori-pori alami tanah bumi sehingga siklus air bumi terkacaukan dari jangkauan makluk hidup. Deforestasi menyebabkan mesin raksasa produsen oksigen dunia tak berfungsi, emisi karbon dunia tidak terserap, reservoir air kehidupan tidak terisi, sumber pangan hilang, makluk hidup penghuni punah dan dampak perubahan lingkungan global. Padahal, kalau manusia dan makluk hidup berhenti menghirup oksigen atau berhenti meminum air bersih atau tidak makan sama sekali, maka akan mati dalam waktu singkat.

Equinox merupakan fenomena periodik, pada 21 Maret dan 23 September, tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, namun bisa mencapai 32-36oC. Equinox bukan merupakan fenomena seperti Heat Wave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama. Sempat beredar isu bahwa Indonesia akan diserang oleh hawa panas yang ekstrem hingga 40oC, namun sudah dibantah BMKG.

Hakekat air adalah kehidupan, karena tanpa air, makluk hidup akan mati. Isu krisis air bersih di Indonesia semakin kuat. Padahal, air bersih sebenarnya telah disediakan gratis di permukaan bumi ini, namun justru telah dicemari sendiri oleh ulah manusia. Untuk mengambil air bersih sebenarnya tidak perlu bersusah-payah seperti eksploitasi minyak bumi di perut bumi. Komersialisasi terhadap air dalam bentuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) telah menjadi problem tersendiri disamping privatisasi air. Masyarakat terlena “propaganda kebutuhan” tentang AMDK dalam berkompetisi dengan musuh utamanya, yaitu hak dasar manusia terhadap akses air minum yang bersih dan aman. Melalui strategi inti yang cukup jitu, berupa: ditakuti, digoda dan dibodohi. Harga air mineral botol telah lebih mahal dari harga BBM. Juga menghasilkan sampah plastik yang tak terdekomposisi dalam ribuan tahun, gas bakar racun polusi udara, dan pegunungan sampah hasil down-cycle & pembenaman. Iklan indah tentang sumber air pegunungan ternyata hanya menghasilkan gunung sampah yang berbahaya.

Kepedulian terhadap lingkungan harus menjadi tanggung jawab bersama dan di kontribusikan secara nyata, bukan hanya wajib khifayah tapi wajib a’in. Bumi sebagai satu-satunya planet tempat hidup dalam sistem tata surya kita, telah melayani manusia dan seluruh makluk hidup secara alami, namun justru telah diekploitasi melebihi kemampuan bumi sendiri. Manusia sebagai khalifah bumi harus mampu menjaga dan memperbaiki kuantitas, kualitas dan kontinyuitas layanan lingkungan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.

Informasi Penulis:

Prof. Dr. Cahyono Agus

–  Guru Besar UGM Jogjakarta

– Ketua Green Network Indonesia (GNI) DIY-Jateng

–  HP: 081 5688 8041

–  Email: acahyono@ugm.ac.id

Web http://acahyono.staff.ugm.ac.id