OPINI: SEDEKAH BUMI Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus

Hari Bumi Sedunia kembali diperingati setiap tanggal 22 April  setiap tahunnya, dengan tetap terjadinya rekor kerusakan bumi yang semakin parah. Tanpa ada kesadaran dan perbaikan berarti terhadap nasib bumi kita satu-satunya. Bahkan bumi semakin renta tak berdaya diekploitasi dan dikuras habis-habisan untuk melayani nafsu kehidupan penghuninya. Tema tahun 2016 ini adalah “Pohon untuk Bumi”, mengajak kita semua agar menanam pohon di bumi tercinta ini untuk lingkungan dan kehidupan bermartabat dan berkelanjutan.

Pohon hutan merupakan pabrik alam raksasa bumi yang melayani seluruh kehidupan di planet ini. Karena menyediakan oksigen untuk bernafas, menyerap CO2 & polutan udara, menyimpan air kehidupan, menyejukan temperatur atmosfer lingkungan sekitar, memproduksi pangan, pakan, papan, pupuk, bahan bakar, energi, obat dan layanan lingkungan lainnya. Seluruh makluk hidup akan mati bila tidak mendapatkan suplai oksigen hanya dalam hitungan beberapa menit, tanpa minum air dalam hitungan hari, dan tanpa makan dalam hitungan minggu. Meskipun begitu pentingnya hutan tropika namun kesadaran dan aksi nyata untuk memeliharanya masih sangat rendah.

Diperkirakan 7,3 juta hektar hutan dunia hilang setiap tahun karena deforestasi oleh manusia. Menyebabkan kerugian setara hampir 15% dari emisi gas rumah kaca global. Hutan tropika basah Indonesia yang terletak di zamrut khatulistiwa merupakan organ vital bumi yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan lingkungan yang bermartabat. Kerusakan organ vital paru paru dunia ini telah menyebabkan sakitnya sistem bumi ini berupa pemanasan global yang kronis. Namun karena vitalitasnya yang tinggi, upaya penyembuhan ekosistem hutan Indonesia bisa berjalan cepat dan segera menyehatkan sistem bumi secara global pula. Setidaknya ada 7 fungsi penting hutan tropika bagi lingkungan dan kehidupan yang tidak tergantikan. Yaitu: sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat flora dan fauna, reservoir air kehidupan, pengendali bencana, menyuburkan tanah dan mengurangi pencemaran udara.

Laporan PBB terbaru menemukan bahwa hampir tidak ada industri yang menguntungkan jika biaya lingkungan diperhitungkan. Eksploitasi hutan alam dan sumber daya alam (tambang minyak, mineral) mampu mendapatkan keuntungan besar karena tinggal memanen hasilnya, tanpa ada biaya produksi dan pemeliharaan. Padahal proses produksi hutan alam dan tambang alam membutuhkan waktu sampai jutaan tahun.  Sedangkan proses eksploitasi hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat. Namun demikian, dampak kerugian lingkungan bahkan bencana besar yang ditimbulkannya justru membutuhkan waktu dan biaya perbaikan yang jauh lebih besar. Kebanyakan pelaku tambang dan industri justru lari dari tanggung jawabnya, setelah menguras habis sari pati bumi.

Sebuah laporan terbaru oleh Trucost atas nama Program Ekonomi Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati (TEEB) yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB, meneliti uang yang diperoleh oleh industri terbesar di planet bumi ini. Ternyata ada 100 jenis biaya lingkungan, yang kalau diringkas Menjadi 6 kategori, yaitu: penggunaan air, penggunaan lahan, emisi gas rumah kaca, polusi limbah, polusi tanah, dan pencemaran air.

Perlu kampanye dan gerakan menanam pohon secara sendiri dan bersama-sama.  Inisiatif ini akan membuat dampak yang signifikan dan terukur bagi bumi yang lebih bersih, segar, sehat, nyaman, bermartabat dan berkelanjutan bagi semua.Bentuk kampanye edukasi lingkungan yang bercirikan “edu-tainment”, tontonan sekaligus tuntunan yang menyenangkan, berupa game, film, musik dsb mestinya lebih bisa diterima masyarakat. Terutama anak anak generasi muda, yang telah tersihir dengan program entertainment yang sama sekali tidak mendidik. Untuk menyadarkan arti pentingnya kontribusi nyata terhadap perbaikan lingkungan global. Penampilan tokoh lingkungan internasional seperti Al Gore (Wapres USA dan Pemenang Nobel Perdamaian), Harizon Ford (Bintang Film, aktivis lingkungan), Leonardo DiCaprio (Pemenang Oscars 2016, aktivis lingkungan) telah mampu mengangkat issue dan pendekar lingkungan menjadi lebih menarik, elegant, bermartabat, mendunia dan menjadi tanggung jawab bersama.

Mari menanam pohon untuk kita semua…..

Informasi Penulis:

Prof. Dr. Cahyono Agus

–  Guru Besar UGM Yogyakarta dan Ketua Green Network Indonesia (GNI), wilayah DIY-Jateng

–  HP: 081 5688 8041

–  Email: acahyono@ugm.ac.id

–  Web: acahyono.staff.ugm.ac.id